“Hmm … sepertinya aku tak sempat memakan semuanya, Kak.”
Sienna kembali mengernyitkan dahi, semakin dibuat bingung oleh perkataan adik semata wayangnya ini. Ia tahu itu hanyalah mimpi dan perkataan anak kecil tidak seratus persen benar.
Cerpen – Sekotak Cokelat by Yola Maulani
Sang kakak kembali membuka mulut untuk bertanya. Walaupun ia tak begitu mempercayainya, Sienna tetap penasaran terhadap cerita mimpi adiknya itu.
“Mengapa tak kau makan? Kemana bingkisannya? Apakah tidak sempat termakan karena sudah malam?” Ia menerka-nerka.
Sang adik terdiam dan malah memainkan telinga boneka kelincinya. Sienna menunggu jawaban darinya. Mereka berdua sama-sama terdiam, lalu Sienna memecah keheningan dengan kembali bertanya.
Artikel yang sesuai:
“Dik? Kau belum menjawab pertanyaan kakak. Kemana bingkisannya?”
Sang adik masih terdiam. Kegiatan mereka harus terhenti saat alarm berangkat sekolah milik Sienna berbunyi. Ia segera mengemas barang-barang sekolah dan membiarkan kasurnya berantakan.
Kemudian keluar kamar menyusul sang adik yang sudah lebih dulu ke lantai bawah. Terlihat adiknya sedang duduk manis sambil menekan-nekan tombol remot televisi yang sudah mulai rusak itu.
Gadis berambut ikal itu sibuk mencari siaran acara kartun kesukaannya. Sienna memperhatikannya sambil mengenakan sepatu sekolah yang terlihat sudah cukup memudar warnanya.
Setelah selesai memakai sepatu, Sienna merapikan rambut dan seragamnya, dan berdiri bersiap untuk berangkat. Namun, saat membuka pintu, langkahnya terhenti karena seseorang menarik baju seragamnya.