Gadis itu tersenyum dan menerimanya dengan kikuk. “Terima kasih,” ujar Sienna.
Mereka kembali berjalan mengikuti Tuan Cokelat yang tak henti bercerita. Hingga tibalah di perhentian terakhir mereka. Tuan Cokelat menyerahkan acara berkeliling toko kepada sang laki-laki.
Cerpen – Sekotak Cokelat by Yola Maulani
Ia harus ke ruangannya. Pria itu mengangguk dan membungkukkan badannya hormat. Kemudian, menarik tangan Sienna dan mengajaknya kembali berkeliling toko.
Sienna cukup senang. Perasaannya seolah kembali membaik setelah memakan cokelat tadi.
“Ini adalah posisi paling akhir dari produksi olahan toko kami. Pengemasan dan ruang icip. Semua olahan toko ini dicicipi untuk terakhir kali sebelum kami kemas dan jual.
Artikel yang sesuai:
“Kau mau mencicipi yang mana?“ tawar sang laki-laki.
Sienna terkejut mengetahui bahwa ia boleh mencicipi olahan mereka yang masih terlihat baru keluar dari oven.
Sang laki-laki mendorong punggung Sienna untuk memilih mana yang ingin ia makan. Dengan gugup, gadis itu menunjuk biskuit lapis cokelat. Itu tampak sangat lezat baginya.
Pria itu dengan sigap mengambil biskuit yang diinginkan Sienna.
“Ini sangat lezat. Toko ini luar biasa,” puji Sienna setelah memakan satu gigitan biskuit lapis cokelatnya.
“Toko ini adalah perwujudan dari asa dan angan Tuan Cokelat. Butuh perjuangan yang tak sedikit untuk membuatnya jadi nyata.