Cerpen – Setelah Mati Suri by Alfina Fera Agustin

Cerpen Setelah Mati Suri

“Menurut Lo?” Aku merotasikan bola mata sebal. Sepertinya Ajun terpengaruh sinetron gara-gara sering diracuni oleh mantan-mantannya. “Mana ada setan seganteng ini,” lanjutku.

“Baru tau kalo narsis bisa nular.” Ajun menampakkan tubuhnya, keluar dari belakang punggung Abim sedangkan si mata minimalis itu terlihat menahan tawa. Wajah pucat pasinya berganti semringah. Tidak ada lagi ketakutan di sorot matanya. Kedua insan itu lantas memelukku erat. Kami berlima berpelukan seperti teletubies.

Cerpen – Setelah Mati Suri by Alfina Fera Agustin

Beberapa saat kemudian.

By the why, gimana rasanya mati suri, Dip?” Ajun menyuapkan satu singkong yang tadi habis dipatah menjadi dua oleh Abim.

“Entah.” Aku mengedik bahu karena memang tidak tahu. “Emang, aku udah meninggal berapa jam?”

“Tiga jam? Empat jam?” Ajun memiringkan kepala, mencoba mengais memorinya yang lemah. “Nggak tau ah, gue lupa.”

Abim tiba-tiba menyodorkan singkong yang ujungnya sudah dicelupi saus cabai padaku. Aku mengambilnya dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Abim menggerakan tangannya. Sama-sama.

Perhatianku kembali terpusat pada Ajun yang menenggak habis sisa teh manisnya. Entah haus atau bagaimana, laki-laki yang usianya terpaut tiga bulan dariku itu mengambil gelas Abim yang isinya masih banyak karena baru diminum sedikit dan menuangnya ke gelas sendiri sebanyak seperempat. Abim memang tidak protes, tapi aku kesal melihatnya. Dasar rakus!

“Jun, apa kamu tau kenapa aku sempat mati? Aku nggak ingat apa-apa soalnya.” Aku menyentuh kepalaku.

Ajun mengangkat alis. “Lo amnesia, Dip?”

Aku menggeleng patah. Tidak begitu yakin. Kulihat Ajun mendekat setelah menyingkirkan piring dan gelas yang sudah kosong.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn