Cerpen – Setelah Mati Suri by Alfina Fera Agustin

Cerpen Setelah Mati Suri

Itu bukan jenis teriakan laki-laki sejati, tetapi lebih mirip seperti suara tikus terjepit. Benar-benar bikin sakit telinga. Sepertinya dia memang ketakutan setengah mati. Sekalian saja aku kerjai.

Aku menggulingkan tubuhku sekali lagi. Aku tebak Ajun terpojok karena aku merasakan tubuhku menyentuh kakinya. Kena kamu!

Cerpen – Setelah Mati Suri by Alfina Fera Agustin

Aku memejamkan mata saat mendengar Ajun berteriak lagi. Kali ini intonasinya lebih tinggi. Aku jadi khawatir gendang telingaku robek karena teriakkannya.

Kemudian, aku merasakan kaki seseorang menendangku. Namun, aku yakin itu Ajun. Sialan!

“Jauh-jauh dari gue, sialan!” Seru Ajun. Aku heran, kenapa suaranya bisa berubah-ubah? Saat bertelepon dengan para perempuan, Ajun akan mengeluarkan suara mendayu-dayu. Kata mereka, suara lelaki itu ngajak sleep call. Cuih.

Belum sempat aku bernapas lega, aku merasakan tubuhku kembali ditendang. Hal itu terus terulang, membuat tubuhku berguling ke sana kemari. Untuk ketiga kalinya, aku baru menyadari sesuatu. Kalau kakek dan nenek pingsan, lalu siapa yang membalas tendangan Ajun?

Hantu? Mana mungkin. Di zaman modern ini, keberadaan mereka dianggap takhayul belaka. Aku sih, sedari dulu memang tidak percaya hantu.

Ah, menyebalkan. Kapan lampu ini akan menyala? Baru saja aku mengucap dalam batin, lampu seketika menyala.

Cahaya yang kembali menerangi ruangan membuatku tersadar bahwa ada seorang lagi yang duduk. Karena aku tidak mengenakan kacamata, aku tidak begitu jelas melihat wajahnya. Apalagi kepalanya tertunduk.

Omong-omong, siapa gerangan orang itu? Kupikir, para tetangga yang ada di ruangan ini tadi sudah keluar semua. Rupanya masih ada satu yang tetap tinggal.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn