Cerpen – Setelah Mati Suri by Alfina Fera Agustin

Cerpen Setelah Mati Suri

Ajun hendak buka mulut tapi tangan Abim yang menabok pelan bahunya membuat laki-laki itu urung. Keduanya sempat bertukar pandang, berdebat kecil dengan frekuensi suara Ajun di bawah 250 Hz–mungkin, karena aku tidak begitu mendengarnya–sebelum ia memusatkan perhatian sepenuhnya padaku.

“Lo kecelakaan, Dip. Lo sempat koma sampai akhirnya meninggal,” jelas Ajun. Mimiknya terlihat serius, tapi tidak dengan suaranya. Aku merasa ucapannya belum selesai. Ada sesuatu yang ditutupinya. Entah apa.

Cerpen – Setelah Mati Suri by Alfina Fera Agustin

“Sudah mau magrib. Ayo masuk, jangan di luar terus. Banyak setan berkeliaran di jam segini.”

Nenek muncul di belakang Abim. Wajahnya serius saat menyuruh kami untuk segera masuk ke dalam rumah.

“Ajun sama Abim nginep aja di sini. Pulangnya besok pagi. Sekarang malam Jumat kliwon, sebaiknya jangan keluar rumah dulu.” Nenek mengingatkan.

Keduanya kompak mengangguk. “Baik, Nek.”

Kami bertiga beranjak berdiri, mengambil gelas masing-masing. Nenek sendiri ikut membawakan piring yang isinya sudah tandas. Aku sebagai orang yang terakhir masuk. Di ambang pintu, aku menoleh ke belakang saat mendengar suara berdebam. Sepertinya buah kelapa di depan rumah jatuh.

Aku buru-buru menghampiri asal suara. Di balik kacamata, aku melihat kepala manusia tergeletak di bawah kakiku. Kepalanya polos tanpa rambut. Bibirnya yang robek menyunggingkan senyum mengerikan. Bola matanya putih semua.

“Huwaaa!” Aku menendang kepala itu sekuat tenaga lantas lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah, membanting pintu keras-keras tanpa menghiraukan tatapan heran Ajun dan Abim.

Penulis: @sc.afa

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn