Cerpen – Gelang Hitam by Kayla Bilqis

Cerpen - Gelang Hitam by Kayla Bilqis

Delta memperhatikan ku menggambar. Aku sedikit kesal karena aku bukan tipe orang yang suka diperhatikan. Aku menjadi sedikit nervous karena Delta.

Aku melirik tangan Delta. Gelang hitam itu masih setia berada di tangannya. Aku merasa iri dengan orang yang bisa berpacaran dengan Delta.

“As, buat tugas prakarya, itu kan buat jajanan tradisional tuh. Kamu bisa masak gak?” Tanya Delta seraya mengotak-atik HP nya.

“Bisalah. Yakali aku gabisa masak” jawabku kesal karena mengira Delta menganggapku tak bisa memasak.

“Baguslah. Aku masuk kelompokmu aja” aku sedikit terkejut dengan perkataan Delta. Hari ini tingkah lakunya aneh.

Padahal sebelumnya ia tak mau bergabung di kelompok tugas memasakku. Sebenarnya dia ini kenapa. Aku menduga kalau Delta sedang dalam fase bucin atau mungkin dia sedang sakit hati. Ah karena memikirkan itu, aku jadi sedikit tidak tenang. Aku benar-benar semakin penasaran.

Anehnya juga Andrea tiba-tiba duduk di depan. Ya, bangku di paling depan memang kosong karena pemilik bangku nya sedang izin tidak masuk. Tapi kenapa Andrea yang pindah? Bahkan sepertinya Andrea tidak berbicara kepadaku. Dia hanya memperhatikanku dari kejauhan.

“Aska? Boleh kan?” Tanya Delta seraya melambaikan tangannya di depan mata ku.

“Ah- itu. Terserah kamu aja. Asal kamu gajadi beban kelompok sih gapapa” jawabku singkat dan sedikit ragu.

“Delta. Ada Delta?” Seorang perempuan dengan surai pendek mengetuk pintu kelas kami. Dilihat dari bet kelasnya, dia berasal dari kelas XI-IPS-2. Seingatku, kelas itu adalah kelas dari “pacar” nya Delta.

Merasa dirinya dipanggil, Delta langsung beranjak dari tempat duduk dan menghampiri perempuan itu. Aku memperhatikan mereka dari kejauhan, mereka sangat akrab. Mereka sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang penting. Tak lama, perempuan itu menepuk pundak Delta, aku melihat di tangan perempuan itu terdapat gelang hitam seperti Delta. Aku benar-benar menduga kalau itu adalah pacar dari Delta. Memang sakit sih, tapi mau bagaimana lagi. Aku dan Delta hanya sebatas sahabat. Setelah perbincangan yang cukup membuatku penasaran, perempuan itu pergi meninggalkan kelas. Begitu pula Delta, ia kembali ke kursi yang berada di sampingku.

“Itu tadi pacarmu?” tanya ku setelah Delta mengambil tempat duduk. Delta berpikir sejenak.

“Emm mungkin?” Jawab Delta dengan senyumnya yang mengesalkan.

“Ohh” aku hanya menjawab singkat lalu melanjutkan menggambar. Aku mengganti halaman pada sketchbook ku dan membuat coretan baru lagi. Kali ini aku mencoba menggambar bunga raflesia di tengah hutan.

“Kenapa Del, kamu duduk di sini? Maksudnya tumben. Kamu kenapa?” Tanya ku terbelit-belit. Delta hanya termenung, seakan akan dia seperti sudah tau aku akan menanyakan hal ini.

“Gapapa kok, Ka. Kalau kamu risih bilang aja” jawab Delta pasrah. Aku menjadi semakin bingung. Bukannya aku tidak betah kalau bersama Delta, aku malah betah banget. Hanya saja, rasanya aneh kalau Delta tiba-tiba menjadi lebih dekat denganku. Beberapa anak di kelas terkadang melihat aku dan Delta yang tengah mengobrol.

“Bukannya aku ngusir kamu, Del, rasanya aneh saja kalau kamu tiba-tiba mau dekat denganku.” Tambahku seraya menarik tangan Delta.

“Sepertinya kamu penasaran banget ya?” Tanya Delta seraya membenarkan posisi duduknya.

“He em” aku hanya menjawab dengan anggukan kecil.

“Tunggu saja di jam istirahat kedua” ucap Delta, lalu pergi kembali ke bangku asalnya. Aku menjadi semakin bingung dan penasaran. Rasanya aku sedang menjadi detektif yang tengah menelusuri sebuah misteri. Daripada penasaran, lebih baik aku menunggu jam istirahat kedua. Jam istirahat pertama telah usai beberapa jam yang lalu. 45 menit lagi jam istirahat kedua.

Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh Delta…

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn