“Bel masuk masih lama kok Aska, kalau mau mendinginkan pikiran aku persilahkan” tambah Andrea seraya berdiri dari tempatnya duduk.
“B-baiklah, kalau kamu mau ke kelas. Silahkan saja. Aku akan menyusul” ucap ku sedikit terbata-bata. Andrea hanya mengangguk kecil dan berjalan menuju kelas.
Setelah merasa cukup tenang, aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat sampai di kelas, ku lihat Andrea tengah membaca buku novel. Andrea menyadari keberadaanku dan langsung memberikanku kode untuk duduk di bangku. Aku bergegas duduk di bangkuku. Aku sedikit kesal karena bangku Delta berada di sampingku. Padahal sebelumnya ia duduk di bagian belakang.
Bel tanda istirahat telah usai berbunyi, disusul oleh kedatangan Pak Zi, guru matematika kelas 11. Kelasku mengikuti pelajaran matematika seperti biasanya. Tak ada yang spesial, tak ada yang sesuatu yang menyenangkan. Aku masih sedikit sedih dengan kejadian istirahat tadi. Aku bertanya-tanya, siapa sebenarnya pacar Delta.
Dua minggu berlalu semenjak kejadian itu, aku masih tetap berusaha menjaga komunikasiku dengan Delta. Karena sebelumnya kami sangat dekat. Rasanya pasti aneh kalau kami tidak berkomunikasi lagi. Tak ku sadari, hari ini adalah hari valentine, tepat pada 14 Februari. Aku masih mengingat ucapanku kepada Andrea. Aku akan menyatakan perasaan ku kepada Delta saat valentine. Aku sedikit ragu untuk melakukan hal ini. Tapi memendamnya terlalu lama juga tidak baik. Lagi pula, aku juga sudah membulatkan tekad untuk melakukan itu.
Artikel yang sesuai:
Namun, aku sedikit menyadari sesuatu. Delta dari tadi hanya berjalan berputar putar dan melihat keluar jendela, seakan-akan dia sedang menunggu seseorang. Aku hanya memperhatikannya sedari tadi. Tak mau ambil pusing, aku meneruskan menggambarku yang sedari tadi ku buat. Kebetulan jam saat ini kosong karena para guru sedang rapat mempersiapkan acara sekolah untuk beberapa waktu ke depan.
Aku membuat garis-garis tak beraturan dengan penaku. Menyusun garis-garis itu menjadi sebuah sketsa yang cukup detail. Aku menggambar sosok laki-laki yang tengah bermain basket. Ya, aku menjadikan Delta saat bermain basket kemarin sebagai referensi menggambar ku.
“Gambar mu bagus As, belajar di mana?” Tiba tiba, aku mendengar seperti ada orang yang berbicara tepat di belakangku.
“Belajar otodidak sih ya- AYAM KUE ASAM” aku berteriak karena terkejut dengan suara itu. Saat kulihat, yang berbicara denganku tadi adalah Delta. Delta tertawa senang melihatku terkejut. Spontan aku memukul tangannya.
“Ya maaf, Ka. Jangan ngamuklah” ucap Delta tak berhenti tertawa. Lagi-lagi, aku dibuat kesal olehnya.
“Idih. Tumben banget kamu. Keknya lagi bahagia” tanya ku seraya meneruskan menggambar. Aku bisa merasakan Delta memperhatikanku dari belakang.
“Aku gak boleh bahagia ya?” Celetuk Delta yang membuatku sedikit berpikir keras.
“Gak gitu tapi itu anu ya itu gimana ya” jawab ku sedikit kebingungan. Tiba-tiba saja kamus kosakataku hilang dari otakku. Delta mengambil kursinya dan mengambil tempat duduk di sampingku. Aku sedikit bingung. Sebenarnya anak ini kenapa? Bukannya dia sudah ada pacar? Apa dia mau buat aku dimarahin pacarnya? Dan nanti aku dibilang pelakor lalu aku dibenci satu sekolah? Ah tidak-tidak, sepertinya aku terlalu banyak membaca novel romance di perpustakaan online ku.