Cerpen – Gelang Hitam by Kayla Bilqis

Cerpen - Gelang Hitam by Kayla Bilqis

Tak sengaja, aku memperhatikan kedua tangan Delta. Aku melihat tangannya polos tanpa aksesoris apapun. Bahkan Delta tidak memakai gelang hitam. Setelah melihat itu, aku menjadi sedikit lega. Karena Delta pasti belum mempunyai pacar. Aku melamun memandangi tangan Delta. Andrea yang sadar langsung memecahkan lamunannku dan segera menarikku untuk menuju ke kantin. Untungnya Delta tidak menyadari itu.

Kami berjalan santai menuju ke kantin. Banyak juga anak-anak yang antusias pergi ke kantin. Selain ke kantin, ada juga yang melamun di depan ruangan BK. Entah kenapa tapi memang banyak anak yang duduk atau melamun di depan ruang BK. Aku sendiri ikut terheran-heran. Tak terasa aku dan Andrea sampai di kelas XI-IPA 4. Aku langsung teringat dengan berkas yang diberikan oleh Delta.

“Ke kelas XI-IPA 4 dulu aja, Ndre. Biar waktu ke kantin tanganku gak penuh sama berkas-berkas dari Delta” usul ku seraya menghentikan langkahku di teras kelas XI-IPA-4. Andrea ikut menghentikan langkahnya.

“Ohh oke. Aku tunggu di sini. Lagian kantin masih ramai tuh” jawab Andrea seraya menunjuk kantin yang dapat terlihat dari teras kelas XI-IPA 4.

“Oke”

“Permisi bu, maaf menganggu. Saya mau memberikan beberapa berkas dari Delta, ketua kelas XI-IPA 1” ucapku setelah mengetuk pintu kelas. Untungnya Bu Ana sedang di tempat duduk guru. Bu Ana yang mengetahui keberadaanku langsung memberikan aba-aba untuk menghampirinya.

“Ohh ini data ekstrakurikuler kelas XI-IPA 1,  baguslah tidak telat. Terima kasih Aska. Kenapa bukan Delta yang mengantar?” Tanya Bu Ana kepadaku.

“Entahlah bu. Saya juga bingung sama Delta, aneh. Tugasnya kok dikasih ke saya” jawabku dengan ekspresi kesal. Bu Ana hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian aku bergegas pamit ke Bu Ana untuk pergi ke kantin.

Setelah kami sampai kantin, suasana kantinnya sudah tidak terlalu ramai. Beberapa anak memilih makan dan minum di kelas. Aku dan Andrea membeli es cokelat dan roti bakar seperti biasanya. Setelah itu kami menunggu di tempat makan dengan berbincang-bincang.

“Ka, kamu yakin mau confess ke Delta? Aku takutnya kamu ditolak terus jadi sadgirl” Andrea menanyaiku dengan tiba-tiba. Saat aku akan menjawab pertanyaan itu, ibu kantin mengantarkan makanan pesanan kami.

“Terima kasih bu” ucap ku dan Andrea serentak.

“Terima kasih kembali” jawab ibu kantin seraya beranjak pergi dari tempat kami.

“Jadi Aska, gimana? Kamu udah bener-bener siapin mental? Yang suka sama Delta banyak loh, adik kelas aja suka sama dia” tanya Andrea lagi yang sedang menyeruput es coklatnya.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn