Di sekolahku, gelang hitam adalah tanda bahwa seseorang yang menggunakan gelang itu telah memiliki kekasih. Gelang itu dipakai oleh pihak perempuan juga laki-laki. Tak sedikit juga anak di kelasku menggunakannya.
Selama aku di kawasan sekolah, aku sering melihat para murid mengenakan gekang hitam. Berbeda denganku. Tanganku polos tanpa aksesoris apapun. Pacar? Bahkan aku tidak punya, mantan saja tidak ada.
Namaku Aska, aku seorang siswi yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku adalah perempuan yang biasa saja, tidak terlalu cantik, tidak menyukai berdandan seperti perempuan pada umumnya. Aku juga tidak terlalu peduli dengan penampilan ku, rambut ku yang panjang biasanya hanya ku ikat, tanpa model apapun. Aku cenderung lebih suka mempelajari tanaman dan menggambar.
Sama halnya seperti anak remaja pada umumnya, aku juga menyukai seseorang. Aku menyukai ketua kelasku dalam diam. kami juga cukup akrab. Rasanya aku ingin menyatakan perasaanku ke dia, tapi aku takut persahabatan kami malah rusak karena perasaan ku.
Cerpen – Gelang Hitam by Kayla Bilqis
“Ka, mau ke kantin?” Tanya Andrea, teman sebangku ku. Aku hanya menjawabnya nya anggukan. Aku masih sibuk membuat sketsa taman bunga impianku.
“Gambar mu sudah semakin improve ya, Ka” puji Andrea seraya memperhatikan aku yang tengah asik dengan sketchbook.
“Yaa, hasil latihan tiap pagi, siang, sore, malam dan subuh. Yaudah, ayo ke kantin” ajak ku seraya beranjak dari kursi menuju keluar kelas.
“Aska, mau ke kantin kamu?” Secara tiba tiba, Delta — Ketua kelas memanggil ku. Aku spontan menoleh ke arahnya. Ku lihat dia berlari kecil mengejarku dengan membawa beberapa kertas yang aku sendiri tidak tau untuk apa.
“Iya, kita mau ke kantin. Kenapa?” Jawab ku sedikit cuek. Delta merapikan kertas-kertas yang ia bawa. Lalu menyodorkan kepadaku.
“Kan kantin deket sama ruang kelas XI-IPA 4, titip ke Bu Ana di kelas itu” ucap Delta lalu memberikan ibu jari nya pada ku. Aku menunjukkan wajah kesal seraya menerima kertas-kertas nya.
“Kenapa gak diantar sendiri aja. Kan kamu punya kaki?” Aku menyodorkan kembali kertas itu. Namun ditolak oleh Delta.
“Ada urusan lain, kan sekalian kamu ke kantin sama Andrea” ucap Delta dengan senyumannya yang membuatku semakin kesal. Rasanya ingin menampar anak satu ini. Tapi sayang, dia terlalu tinggi jadi aku tidak bisa menamparnya.