Cerpen – It’s Okay to Let Them Go by Tiana Rayunda

Nila akhirnya mengerti mengapa Rosa suka menatapnya dengan lekat saat dia bersama dengan Jingga. Ada hikmah di setiap kejadian. Dan, Nila rasa dijauhkan dari Jingga dan Mirah serta didekatkan dengan Rosa dan Gatra menjadi hikmah itu. Walau seminggu ini dia masih suka kepikiran, kehadiran Rosa dan Gatra cukup menemaninya dari perasaan kesal yang masih sering muncul.

Cerpen – It’s Okay to Let Them Go by Tiana Rayunda

“Jadi orang yang di-respectin banyak orang nyatanya nggak seenak itu, kok.” Suara berat Gatra masuk ke dalam telinganya, membawa Nila kembali dari keheningan yang menelan mereka.

Nila menoleh, menatap Gatra yang menatapnya dalam. “Kadang gue iri sama lo, La. Lo bisa bicara sama orang lain tanpa orang itu ngerasa canggung berlebihan. Sedangkan kalau sama gue, kenapa mereka secanggung itu? Ketua angkatan aja bukan, apalagi ketua himpunan atau ketua BEM.”

Nila menghela napas, terkekeh selanjutnya. “Lucu ya, kita jadi iri-irian gini. Gue selama ini iri sama lo karena lo bisa ngertiin orang lain. Lo itu disukai banyak orang Gatra. Lo selalu berusaha menolong orang di sekitar lo. Yang bener-bener bikin gue iri ke lo itu, lo nggak egois, lo selalu berusaha ngertiin mereka. Dan yang bikin gue heran sama lo, awal-awal ketemu orang lo kaku benget.” Kalimat Nila ditutup dengan tawa singkat.

Telinga Gatra memerah, membuat cowok itu menggaruk tengkuknya salah tingkah, “Lo mah, La, suka banget bikin orang malu gini.”

Nila tertawa kencang mendapati respon Gatra selucu itu. Tawa lepas pertama sejak dia bertengkar dengan Mirah dan Jingga. Gatra tersenyum, “Nah, gitu kek ketawa. Sepet gue ngelihat wajah manyun lo terus.”

Alih-alih kesal dengan ucapan Gatra, Nila malah tersenyum, “Maaf ya, Tra, tadi sempat bentak lo. Cerita masa lalu Rosa tentang Jingga kayaknya nggak sepenuhnya bisa bikin gue langsung maafin Jingga sama Mirah.”

“Gue nggak ngerasa dibentak, tuh,” balas cowok itu mengedikkan bahu dan cengar-cengir.

Nila mendengus, memutar bola dan tersenyum lembut, “Sorry juga udah ngerepotin lo sama Rosa soal mood nggak jelas gue. Padahal masalah gue bisa dibilang remeh daripada lo yang sibuk PKM dan Rosa yang mulai ngerjain proker himpunan.”

“Nggak remeh, kok. Orang yang selama ini kita anggap teman malah tiba-tiba bilang kayak gitu menurut gue nggak remeh sama sekali,” sanggah Gatra. Dia sebenarnya lega Nila akhirnya mengeluarkan uneg-unegnya.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn