Cerpen – It’s Okay to Let Them Go by Tiana Rayunda

“Tra, gue sebenernya nggak mau ngomong gini, tapi gue udah muak dengar lo sama Rosa bilang kalau itu bukan salah gue. Gue ngerti seratus persen apa yang kalian omongin, tapi kalian nggak ada di posisi gue. Lo sama Rosa nggak ngerti se-muak apa gue sama mereka. Lo bisa bilang gitu karena lo orang menyenangkan dan pengertian dan tentu aja semua orang respect sama lo!” Suara Nila meninggi dengan napas yang terengah, seolah kekesalannya berhasil ia tumpahkan hari ini.

Gatra bergeming, menatap Nila dalam. Nila yang kembali mendapatkan ketenangannya menghela napas menyesal. Dia menyugar rambut hitam sepundaknya dan mengalihkan tatapan dari mata Gatra.

Cerpen – It’s Okay to Let Them Go by Tiana Rayunda

Nila tahu seharusnya dia tidak bersikap kekanakan begini. Kalaupun dia ingin marah, harusnya tidak kepada Gatra. Beberapa hari ini, Gatra selalu berusaha menghiburnya di antara kesibukan cowok itu mengerjakan proposal PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa). Begitu juga Rosa, yang selalu menanyai Nila  walau tengah sibuk dengan proker divisi himpunannya.

Nila mendesah pelan, “Sorry.”

Semua rasa lelah dan marah ini bersumber dari drama pertemanan yang seminggu lalu Nila hadapi. Selama ini Nila tidak pernah ingin terlibat dalam drama pertemanan yang kekanakan dengan siapa pun. Semenjak masuk dunia perkuliahan, Nila merasa mulai menjadi lebih dewasa. Tak ada yang harus benar-benar dia pusingkan selain lulus tepat waktu dan IP semester yang memuaskan. Sayangnya, berteman dengan Mirah dan Jingga membuat Nila merasa tidak menjadi sedewasa itu.

Sayangnya, akhir-akhir ini Nila merasa ada yang salah dengan pertemanan mereka. Mirah selalu mengernyitkan kening saat berbicara padanya, berbeda saat kali pertama Nila mengenal Mirah di OSPEK fakultas. Ditambah Jingga juga terlihat lebih nyaman berbicara pada Mirah daripada dirinya, walaupun dia yang mengenalkan mereka berdua.

Nila sampai bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan dirinya? Mungkin jika hanya salah satu dari mereka yang terlihat tak menyukai Nila, Nila tidak akan merasa sebersalah ini. Belum lagi sejak Nila bertemu Gatra dan Rosa di UKM paduan suara dan mulai berteman. Mirah selalu menyindirnya soal melupakan teman lama setelah mendapatkan teman baru, serta menyebut Nila hanya pelengkap di antara Gatra dan Rosa.

Pada awalnya Nila sempat memikirkan perkataan Mirah. Dia takut menjadi salah satu orang yang melupakan teman lama karena mendapatkan lingkungan baru. Namun, saat Nila menggali ingatannya soal kebersamaan di antara mereka, Nila menemukan bahwa dia lebih sering keluar bersama Mirah dan Jingga. Dan Nila menjadi sadar bahwa dia lebih seperti pelengkap saat bersama Mirah dan Jingga ketimbang saat bersama Gatra dan Rosa.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn