
“Tanpa bantuan kalian, aku tidak tahu lagi nasibku. Mungkin mati di dalam lubang itu … Aku sangat berterimakasih pada kalian,” ujar Miau terharu.
Bulu-bulunya tampak kotor. Mukanya yang lucu terlihat kusam. Entah mengapa, menurut Miau, dia teringin sekali bermain di Rumah Papa Koko sebelum mengambil makanan kering di rumah Babaleno.
“Aku penasaran saja dengan rumah ini. Ingin tahu dalamnya seperti apa. Dan benar seperti gosip ibu-ibu kucing di tukang sayur, kalau rumah ini memang seram. Kapok … kapok!” katanya tampak menyesal.
Misi Babaleno Berhasil
Misi hari ini pun selesai. Miau bisa ditemukan dalam kondisi selamat.
Hari hampir pagi, pukul setengah enam saat mereka beranjak keluar dari rumah kosong tersebut. Sesampainya di pos satpam, mereka pun berpencar.
Artikel yang sesuai:
“Terima kasih, Teman-Teman. Kita masih geng kucing kampung yang kompak. Di mana pun tempat kita tinggal, di mana kita berada, semoga kita tidak pernah lupa untuk saling menjaga pertemanan antar kita, ya,” tegas Babaleno menyalami semua teman-temannya.
Mama Poni berlari ke rumahnya, dia tampak rindu dengan anak-anaknya dan Bapak Pono—suaminya—tentu saja. Si Hitam pergi ke area tukang sayur yang akan berkumpul. Sebentar lagi, makan gratis tiba dari pemberian para tukang sayur di tempat itu kepada sejumlah kucing yang sering berkerumun di sana.
“Kami ikut, Kak Hitam. Sepertinya kami ingin makan ikan segar pagi ini,” meong si kembar kompak. Mereka berjalan bersama.
Lagi-lagi satpam yang berada di pos mengernyit heran.
“Ada acara apa, sih, kucing-kucing itu? Mondar-mandir bisa kompakan begitu.”
Babaleno yang mendengar, menjawab dengan satu kali meongan. “Misi selesai Bapak Satpam!”
Tentu saja satpam tersebut tidak paham apa yang Babaleno katakan.
Penulis: @anightson






