Cerpen – Misi Babaleno by Purbasari

Azan Subuh belum terdengar saat Babaleno keluar dari kandangnya. Sepertinya ini jam setengah empat pagi.

Kedua mata Babaleno tampak berbinar-binar, sedangkan mimik mukanya terlihat gusar. Ekornya yang berukuran cukup panjang berbalut bulu warna abu-abu bergaris hitam halus itu tak henti-hentinya bergerak.  Babaleno ingin izin pergi ke luar pada majikannya. Akan tetapi, pintu kamar sang majikan belum juga terbuka. Begitu juga si majikan mungil, Celin, yang biasanya baru terdengar suaranya sekitar pukul enam kurang.

“Ibu Leno, aku harus keluar dulu tapi tidak tahu apakah sebentar atau lama di luar sana. Ini sangat penting. Namun, Ibu tenang saja, aku pasti segera kembali. Aku pergi, ya” Babaleno mengeong dengan suara yang khas.

Cerpen – Misi Babaleno by Purbasari

Babaleno sengaja mengeong di depan pintu kamar majikannya. Suaranya tidak terlalu kencang, asal terdengar oleh mereka dari dalam kamar. Namun, Babaleno tidak juga mendengar jawaban apa-apa selama beberapa detik. Hening.

Akhirnya, kucing jantan berpostur tegap itu pun berlalu keluar dari rumah melalui atap. Pertama ia harus naik  ke lantai atas.  Kemudian, ia menangkap pipa air yang kokoh, lalu memutar tubuh mengikuti bentuk pipa  sambil mendorong ke atas, hingga sampailah di bagian atap.

Hanya Babaleno yang tahu kalau ada lubang terbuka sebagai pintu darurat untuk keluar dari rumah tersebut di bagian atap.

Sebagai kucing peliharaan, Babaleno sangat setia dengan majikannya. Sudah hampir lima bulan Babaleno tinggal di rumah tersebut. Sebelumnya, Babaleno hanyalah kucing kampung yang tinggal liar di dekat jembatan merah depan komplek perumahan.

Suatu hari sang majikan melewati jembatan merah tersebut dan melihat Babaleno yang tampak lemah dan lemas. Sehingga dibawalah kucing kampung yang bulunya tampak berdebu itu ke rumahnya.

Tinggalkan Komentar