Jam dinding menunjukkan pukul 5.50 dimana matahari akan segera terbenam. Seorang apoteker melirik jam seraya memperhatikan pintu masuk apotek “Dia belum datang.” ucapnya pelan.
Namun manik mata hitam gelap apoteker itu melihat dari jendela, seorang wanita berdiri sambil memandang ke arahnya. Apoteker itu menyunggingkan senyuman lebar yang langsung membuat wanita berambut hitam kuncir kuda itu langsung masuk ke apotek “Hai Orion.”
Cerpen – Apotek Jingga by Rachel Grifith Charisa Wijaya
Senyuman lega terulas di wajah sang apoteker “Hai Estelle.” wanita yang hampir setiap hari datang ke apotek itu sudah menjadi teman dekat Orion selama dua bulan ini.
Estelle tersenyum lebar seraya meletakkan kertas resep di atas meja yang membatas dirinya dan sang apoteker. Orion mengambil resep dan membaca seksama sampai wajahnya menampilkan ekspresi yang menandakan kalau dia terkejut sekaligus sedih.
“Aku mengidap PTSD. Awalnya aku tidak minum obat tapi psikiater memberikanku resep tiga hari lalu karena gejalaku semakin parah.” Estelle menjelaskan kondisinya dengan tenang.
Artikel yang sesuai:
PTSD: post traumatic stress disorder atau gangguan stres pasca trauma
“Apa yang membuatmu mengalami PTSD?” manik mata Orion yang gelap menatap Estelle yang hanya menggelengkan kepala “Estelle.” Orion semakin menatap lekat wanita itu
Titik air mata mulai mengalir di wajah Estelle yang langsung membuat tangan Orion meraih tubuh wanita itu dan menepuk punggungnya perlahan. Dari balik jendela apotek matahari sudah mulai terbenam bersamaan dengan tangisan Estelle.