
Tak lama setelah itu adzan dhuhur berkumandang. Telingaku mendadak begitu tajam dan merasa tidak asing dengan suaranya. Tapi lagi-lagi aku menangkis perasaan itu. Lagi pula saat ini waktunya untuk ibadah, tak seharusnya aku memikirkan hal-hal aneh seperti ini.
Setelah sholat, aku tak lantas meninggalkan masjid. Aku menyempatkan diri untuk bersender sejenak pada tembok di sampingku. Entah mengapa di dalam masjid ini terasa begitu nyaman suasananya, hingga perlahan-lahan aku pun mengantuk.
Kala mataku akan menutup, sayup-sayup aku mendengar seseorang sedang mengaji. Suaranya begitu halus dan sangat menenangkan hingga tanpa sadar aku pun terhanyut untuk terus menyimaknya.
Lagi-lagi aku merasa suaranya tidak asing di telinga, tapi otakku tak mampu menemukan suara siapa itu sebenarnya.
“Shodakallahul’adzim,” pungkasnya.
Artikel yang sesuai:
Dari siluet yang terlihat di balik tirai, lelaki itu beranjak dari tempat duduknya. Karena rasa penasaran yang sangat besar, aku mencoba menyusulnya tapi aku terlambat. Tiba-tiba saja ia menghilang dari pandanganku.
Hari-hariku berlalu dengan rasa penasaran yang sangat besar tentang suara itu. Ini memang sedikit aneh, bahkan aku sendiri tidak tahu mengapa aku begitu tertarik dengan suara itu.
Berulangkali aku telah mencoba menghilangkan semua yang saat ini berputar di otakku, tapi sayangnya semakin berusaha kulupakan entah mengapa semakin terasa melekat di ingatan.
Hingga tibalah pada suatu sore dimana aku baru saja menyelesaikan semua kelasku. Aku sengaja duduk-duduk di serambi masjid sembari mengecek beberapa laporan yang harus aku kumpulkan di minggu ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 14.45 itu tandanya sudah memasuki waktu sholat ashar tapi adzan belum juga berkumandang. Sedikit aneh dan tidak seperti biasanya.






