Sinar cerah mentari membayang indah di langit pagi ini. Seolah menyambut banyak harapan yang telah dirangkai oleh ribuan mahasiswa yang hari ini akan segera resmi menyandang gelar sarjana. Kuamati sekelilingku telah banyak mahasiswa yang datang dengan setelah jas rapinya ataupun kebaya dengan beragam motif dan modelnya.
Kuhirup napasku dalam-dalam. Empat tahun yang tak mudah. Empat tahun yang penuh cerita. Empat tahun yang meninggalkan begitu banyak kenangan di berbagai sudut ruangannya. Mataku menjelajah sekitar dan berhenti pada satu titik. Gedung rektorat.
Cerpen – Ujung Kisah by Ainurriyah
Kulangkahkan kakiku menuju ke arahnya. Di mata semua orang gedung ini mungkin hanya sebatas gedung biasa, tapi bagiku gedung rektorat adalah gedung yang memiliki momen dan kenangan tersendiri.
Empat tahun yang lalu, di lorong gedung rektorat itu aku menemukannya. Di antara banyaknya manusia yang ada, semesta mempertemukanku dengan sosok yang tak kusangka akan membawa kisah tersendiri bagiku. Dengan tumpukkan buku di tangannya, ia berjalan tergesa-gesa hingga tanpa sengaja menabrakku. Tumpukkan buku yang semula rapi di tangannya kini jatuh berserakan di lantai.
Brukkk
Kami sama-sama terkejut. Untuk sepersekian detik aku membeku, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
“Maaf Mbak,” hanya itu yang ia ucapkan sembari kembali memunguti bukunya yang terjatuh.
Spontan aku pun turut berlutut untuk membantunya mengambili satu per satu bukunya.
“Terima kasih Mbak,” ucapnya sesaat setelah kuberikan buku yang kukumpulkan itu kepadanya. “Permisi, saya duluan ya,” lanjutnya. Setelah itu ia melenggang pergi menuju ke arah masjid kampus yang berada di seberang rektorat.
Untuk sejenak aku termangu. Dalam satu kali pertemuan kutemukan tiga kata ajaib di dalamnya. Aku tak terlalu jelas melihat wajahnya, tapi entah mengapa suaranya terasa begitu melekat di telinga.
“Astagfirullah…” gumamku pelan. Aku menggelengkan kepalaku guna menjernihkan kembali pikiran.
Aku melanjutkan langkahku menuju masjid karena sebentar lagi akan memasuki waktu dhuhur. Sesampainya di masjid aku sengaja mengambil tempat di bagian depan paling pojok agar aku bisa sedikit bersender pada tembok. Lebih tepatnya aku berada tepat di belakang tirai yang memisahkan antara shaf perempuan dan laki-laki.
Cerpennya bagus😁😁