Cerpen – Tak Lagi Sama by Marni

Cerpen - Tak Lagi Sama by Marni

“Percayalah, Raya. Aku melakukan semuanya karena terpaksa. Aku ninggalin kamu tanpa kabar, ataupun pesan karena aku takut kamu akan sedih.” Arga mengacak rambut frustrasi.

“Aku takut kamu terluka setelah mengetahui bahwa aku mengalami gagal ginjal. Aku … takut kamu akan ninggalin aku,” lirihnya menunduk. Sungguh, jika waktu bisa diulang. Ia akan memilih jujur karena ia sudah sembuh sekarang.

Kaget? Tentu saja. Hati dan organ Raya seakan tersengat listrik. Hatinya terluka mengetahui fakta itu. Raya kecewa, tidak bisakah Arga cerita padanya?

Do you think i’m not a good listener?” tanya Raya dengan bibir bergetar.

“Apakah Anda tidak percaya saya bisa merawat Anda? Apakah Anda meragukan kasih sayang saya?!” teriak Raya mulai meneteskan air mata. Kali ini ia benar-benar rapuh di depan laki-laki ini.

“Arga!” teriak seorang wanita tak jauh dari mereka berada.

Raya bergegas menghapus air matanya. Arga tersenyum dengan mengelus pucuk kepala wanita manis itu. “Raya. Dia sahabat aku. Dia yang donorin ginjalnya untuk aku. Dia juga yang selama ini rawat aku.”

Raya mengangguk lemah. Jujur saja ia begitu iri pada wanita itu. Mengapa harus dia?

“Saya rasa pengakuan Anda cukup sampai di sini.” Pamit Raya ingin segera pergi dari situasi penuh duri ini.

Arga pun segera mencekal tangan dingin Raya. “Aku ingin kita seperti dulu lagi, Raya.”

Sahabat Arga mematung di tempat. Hati siapa yang tidak terluka? Ketika mengetahui fakta ‘orang yang kita cintai belum selesai dengan masa lalunya.’

Raya menghempasnya dengan kasar. “Anda pergi bersama dia! Itu berarti Anda lebih percaya sama dia. Bukan sama saya. Arga, hargai sahabat Anda. Dia yang selama ini ada buat Anda. Bukan saya.” Raya menekankan kalimat terakhir dengan suara parau.

Raya meraup wajah kasar. Ia berusaha menerima fakta. Lebih baik ia menyelesaikan masalah hari ini juga. Dengan berdamai.

“Maaf, Arga. Saya tidak bisa kembali ke masa lalu. Bagi saya kamu adalah seseorang yang hanya singgah sekejap untuk saya. Kamu memang luka untuk saya. Tapi, karena itu juga saya bisa mandiri dan mampu berkarya. Terima kasih.”

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn