Cerpen – Tak Lagi Sama by Marni

Cerpen - Tak Lagi Sama by Marni

Arga menghela napas lelah. Mata hajelnya merah seketika. Hati dan jantungnya berirama tak seimbang. Ingin sekali ia memeluk wanita yang telah ia sia-siakan itu. Tapi keadaan menyadarkan pada kesalahannya.

“Seformal itu?” tanya Arga lesu.

Raya mencoba menguatkan diri untuk berbalik badan. Ia takut. Takut benteng yang selama ini ia bangun akan runtuh seketika hanya karena menatap wajah yang selalu ia rindukan di setiap malam mendatang.

Sepasang mata itu saling menatap dalam. Keduanya terhanyut pada nostalgia yang karam. Sadar akan itu, Raya berdeham dan memilih menatap langit-langit. Menahan butiran air mata yang entah mengapa tiba-tiba ingin keluar. “To the point,” ketus Raya memberanikan diri menatap Arga dengan sengit.

Arga meringis. Hatinya benar-benar ngilu. “Can we go out for a while?”

Raya termenung. Setelah berperang dengan logika, ia mengangguk ragu. Arga tersenyum puas akan jawaban itu.

Arga membuka pintu lebar. Tangannya mempersilakan Raya bak Ratu untuk keluar. Raya berusaha agar dirinya tidak mudah luluh hanya dengan perlakuan kecil Arga.

Taman.

Udara pagi masih begitu menyejukkan. Orang-orang berlari ke sana-sini untuk menyehatkan badan. Bau harum bunga penuh warna menyegarkan penciuman Raya. Ia bersyukur tidak ada polusi. Sungguh ia benci akan keramaian. Ia lebih suka memilih di dalam ruang penuh ketenangan.

Arga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia begitu mengenal perempuan yang duduk di sebelahnya ini. “Apa kamu risih?”

“Saya tidak punya banyak waktu untuk sekadar pertanyaan Anda yang tidak bermutu itu!”

Arga mengangguk pasrah. “I’m sorry.”

Please talk. Saya tidak akan menyela sampai kamu selesai,” ujar Raya lembut meski mimik wajahnya tetap biasa saja.

Arga tersenyum lega. “Aku … minta maaf. Maaf karena telah membuat kamu merasakan kehilangan, kecewa, dan luka yang dalam.”

Raya tersenyum kecut.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn