Gayung bersambut, hangat bibirnya telah lebih dulu menyapu lembut milikku. Naluri menggerakkan dan fitrah mengarahkan. Sulit hanya di angan, nyatanya indah yang menyapa selayak pesona yang menawan.
“Apakah burung-burung itu menertawakan Na? Pekikannya riuh.”
Aku tersenyum dan mengeratkan rengkuhan. Mendekapnya aku tak butuh susunan kata. Detak jantung yang berhimpit telah mengabarkan suara rasa. Bahasa kalbu lebih kaya akan ungkapan.
“Nahia. Jingga indah ini untukmu. Pun hatiku.”
Penulis: Anik Sumiati