Puisi – Bahwa Rindu Tidak Selalu Ditakdirkan Berpulang pada Tuannya by Siti Khotimatun Hasanah

Puisi - Bahwa Rindu Tidak Selalu Ditakdirkan Berpulang pada Tuannya by Siti Khotimatun Hasanah

Senin, 18 Oktober 2021, Jakarta Timur

Masih di kota yang sama.

Pagi ini kota kita diguyur hujan.

Ia datang saat aku hendak memulai hari.

Menyeduh kopi, sembari dengan sengaja mengingatmu.

Nyata sekali, bahwa lima tahun berlalu pun, aku masih menggunakan namamu sebagai racikan daripada setiap puisiku.

Pagi ini ada hal baru dari perasaanku.

Puisi – Bahwa Rindu Tidak Selalu Ditakdirkan Berpulang pada Tuannya by Siti Khotimatun Hasanah

Yakni, saat aku menulis semua ini tidak ada air mata yang mengiringi.

Pagi ini aku cukup tegar berpuisi sembari mengenangmu.

Kau tahu? Biasanya aku berpuisi sambil berurai air mata.

Tapi kali ini tidak.

Dan aku berdebar kagum menyadarinya.

Aku selalu ingin mengenangmu dengan hati yang lapang.

Tanpa berharap kasih yang kukisahkan ini mendapat balasan.

Tanpa berharap kau kembali datang.

Tanpa memikirkan kapan kiranya kau akan kembali ke kota ini.

Aku sudah tidak ingat raut wajahmu, Tuan.

Menyisakan samar-samar yang gagal kubentuk.

Dan rasanya akan percuma seandainya takdir mempertemukan kita kembali.

Aku tidak akan mengenalimu lagi.

Kecuali Tuhan memberikan keajaibannya.

Perasaan ini begitu luar biasa.

Hatiku masih bertahan mengenangmu, sementara wajahmu telah pudar dari ingatan.

Agaknya Tuhan berbaik hati turut menjaga perasaan ini.

Tinggalkan Komentar