Cerpen – Di Luar Kendali by Yuanggraa

“Kenapa pulang lebih awal? Sekarang kamu gajian, kan? Mana uangnya? Mau buat Ibu dan kakakmu beli baju couple.’’ Pertanyaan Ibu membuatku menangis di depan mereka semua. Ayah, ibu, kakak dan adikku  menyaksikan aku menangis.

“Nangis? Cengeng lo!’’ ucap kakakku tanpa mau peduli.

“Aku sudah berhenti bekerja. Katanya kinerjaku jelek, dan aku tidak menarik. Aku tidak mengerti, padahal aku sudah berpakaian rapi.” Aku langsung menangis sesenggukan.

“Kamu rapi? Kemeja dan celana jeans saja tidak  cukup. Mukamu harusnya dirawat seperti kakakmu. Lihat dia, bersih terawat. Kamu?  Kayak gembel pantas saja  di pecat,’’ timpal Ibu tanpa rasa kasihan.

Ibu menyuruh kakak dan adikku masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Ibu berdiri lalu memukulku dengan penggaris besi. Sungguh ini teramat sakit, sebenarnya aku ini siapa?

“Ayah dan ibu tidak mau tahu kamu besok harus kerja lagi. Jangan pulang kalo belum dapat kerja! Sekarang kamu cuci piring dan jangan makan jika belum selesai pekerjaan rumah yang lainnya.

Satu lagi.  Kamu harus bisa seperti kakakmu, cantik, pintar, dan pandai bergaul. Jangan cuma  bisa jadi beban saja,’’ perintah ayah dengan raut muka marah. Mereka lantas pergi meninggalkanku yang semakin menangis sesenggukan.

Sebenarnya aku ini siapa?

Mereka menuntutku harus bisa seperti ini dan itu. Namun, tidak ada satu pun yang bertanya. Apakah aku baik-baik saja?

Ingin rasanya teriak  mengatakan kepada mereka.

“Aku capek Ibu, Ayah! Aku tidak tahu kalo menginjak dewasa ternyata sesakit ini. Aku tidak tahu cara merawat diri karena tidak ada yang menuntunku. Ibu dan Ayah saja tidak peduli denganku, lalu aku harus apa ketika seperti ini?”

“Mati mungkin.”

Penulis: @yuanggraa

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn