
Tak banyak yang diharapkan mereka berdua, selain hidup tenteram jauh dari sentilan kemiskinan. Mereka menyadari, kaya bukan hasil dari warisan tapi hasil dari usaha, dan miskin bukanlah keturunan tapi hasil dari kemalasan.
“Tugas kita usaha, tentang hasil kita serahkan pada Tuhan.” Sana menatap Fajar penuh keyakinan.
“Aku takut, Kak.” Fajar menunduk.
Cerpen – Biarlah Hujan Jatuh by Eva Zulfa Fauziah
“Usaha kita tidak terlalu keras, masih serendah pohon kencur. Apa usaha kita akan menggairahkan Tuhan untuk memberikan hadiah-Nya?” lanjut Fajar kemudian.
Sana menjawab dengan cepat, “Semesta tidak akan salah melihat perjuangan,” ucapnya dengan penuh penekanan.
Fajar meyakinkan diri sendiri. Lalu bergegas pergi ke sekolah dengan tangan kanan dan kiri menjinjing dagangan.
Artikel yang sesuai:
Hujan tak pernah reda, air dan tanah membaur pada kubangan jalanan. Dua bulan tanah selalu basah, menjatuhkan langkah-langkah manusia yang sedang mencari nafkah.
Keluarga Lail bukanlah satu-satunya yang mengalami kerugian karena gagal panen. Namun, hanya keluarga Lail yang tak pernah mendengus kesal kepada hujan yang turun setiap hari. Ia tak pernah menyalahkan siapapun, yang ia lakukan hanya berusaha dan berdoa.
“Kita adalah lakon yang memainkan cerita dalam naskah takdir. Biarlah hujan jatuh, mengembangkan naskah agar terlihat lebih menawan.” Lail menatap seluruh perkebunan yang semakin hari semakin membaik keadaannya.
Manusia tidak pernah luput dari ujian. Tuhan menaruh nyawa kepada raga agar menjadi insan yang mampu beribadah kepadanya. Segala kehendak-Nya adalah bentuk cinta-Nya. Bukankah kita akan mendapatkan rasa yang sempurna jika kita menerima bentuk cinta itu dengan lapang dada?
Penulis: @ulffauz






