“Makasih, Bang. Azzah pergi dulu, ya,” balas Azzah, lalu berlari sembari menahan malu. Karena banyak yang melihatnya.
Tanpa sadar, Andre menyunggingkan senyum tipis yang jarang diperlihatkannya kepada orang lain. Ia merasa gemas dengan tingkah adiknya yang begitu ia sayangi dan jaga. Sayangnya, Azzah tak pernah tahu.
Cerpen – Aku dan Sepucuk Penyesalanku by Megi Permata
Gadis itu hanya tahu kakaknya egois dan suka mengekang. Terlihat cuek dan tidak peduli. Dia tidak tahu usaha yang telah Andre lakukan agar ia selalu bahagia dan terhindar dari orang jahat.
Sikap dinginnya adalah pengalihan agar tidak ada yang mencelakai Azzah. ‘Semoga kamu , ayah dan bunda selalu bahagia, Zah. Walaupun tanpa kehadiran kakak.’ Batin Andre lirih dan sarat akan sesuatu.
***
Bel berbunyi tanda sekolah telah berakhir. Sorak sorai memenuhi koridor sekolah. Azzah tampak terburu-buru lari ke halte bus.
“Busnya lama banget. Aku kan mau pergi ke toko buku. Kalau bang Andre tahu, pasti nggak ngizinin.” Karena sibuk dengan isi kepalanya, Azzah menyebrang tanpa menoleh ke kanan dan kiri.
Tanpa ia sadari, sebuah mobil dari arah berlawanan melaju kencang.
“Aarrghh!” Teriak kencang yang membuat hening sekolah siang itu. Terlihat kerumunan orang. Azzah terpaku kala melihat darah yang membasahi pakaiannya.
Iya kaget melihat Andre yang telah terkapar kaku dengan kepala penuh darah. Azzah rasanya tak bisa menopang tubuhnya sendiri. Ditemani langit mendung yang membuat suasana menjadi semakin menyedihkan.