Penyesalan datangnya selalu belakangan.
Senyap menyapa ruang vakum disorot mata yang kesepian dalam balutan hampa yang kian memenjarai dalam nelangsa. Detik kian berjalan hingga kita lupa sudah 1825 hari terlewati tanpa bisa dicegah dan diulang layaknya komedi putar.
Cerpen – Aku dan Sepucuk Penyesalanku by Megi Permata
Menertawakan kebodohan dan penyesalan masa lalu tak pernah meninggalkan akhir yang membahagiakan. Selalu ada tokoh yang akan mengalami akhir sedih dalam kisahnya.
Entah itu kehilangan maupun penyesalan, dihantui rasa bersalah berkepanjangan.
Hingga harus pergi jauh meninggalkan, walaupun tak ingin. Namun, situasilah yang memaksa tanpa memberikan pilihan.
Jangankan untuk menetap, singgah barang sejenak pun tak diberikan kesempatan. Memacu adrenalin pada amigdala untuk bekerja keras.
Akan tetapi, sebuah kisah akan terasa menyenangkan dengan alur yang begitu dramatis. Pada akhirnya hanya berharap ada keajaiban dalam kisah ini.
***
Sudah lebih dari tiga jam gadis bermata hazel itu menyelami platform jingga yang sudah tak asing lagi di kalangan remaja. Nampaknya ia amat kesal dengan cerita yang sedang dibaca.
Entah apa yang membuatnya kesal. Sekaligus linangan air mata yang siap meluncur kapan saja.
“Kasihan banget kamu Kafhi, hiks … dikira antagonis dan orang yang tidak peduli sekitar, padahal kamu nggak pernah mikirin dirinya sendiri.
“Bersembunyi di balik wajah dingin dan tak acuh, ternyata banyak luka yang harus kamu tahan.