
Dira menoleh dan mendapati Rendy di belakangnya “Hehe … Iya, Kak. Lagi nunggu orang.”
“Siapa?” tanya pria itu sambil mengerutkan keningnya.
Cerpen – The Precious Canvas by Dzaki Abyan
Nirmala yang paham akan keadaan pun berinisiatif pulang duluan. “Dir, gue udah dijemput nih, gue duluan, ya.” Ia pun meninggalkan Dira dan Rendy berdua di teras aula.
“Aku … lagi nunggu Kakak,” ucap Dira bergetar.
“Saya? Ada apa?”
Artikel yang sesuai:
“Ini, Kak. Aku cuma bisa kasih ini.” Dira memberikan tote bag hitam berisi lukisannya.
Rendy membuka tote bag tersebut. “Wah! Lukisan ini untuk saya? Tapi kenapa?”
Dira tersentak, tiba-tiba pikirannya kacau mendengar pertanyaan tersebut. Apa yang bisa ia katakan sekarang? Tidak mungkin Dira mengatakan yang sebenarnya sekarang.
“Karena … Kakak orang yang tepat.” Sebenarnya jawaban tersebut mengundang pertanyaan balik dari Rendy. Akan tetapi, terlihat dari senyuman dan sorot matanya, sepertinya Rendy paham betul maksud Dira.
“Terima kasih, ya, ini hadiah yang sangat berharga bagi saya. Lukisan pegunungannya terlihat nyata. Saya tidak heran lagi jika lukisan ini bagus.
“Sekali lagi terima kasih. Kalau begitu, bagaimana kalau saya antar kamu pulang? Rumah kita searah, kan?”
Pundak Dira menegang. Namun, Dira tetap menyetujui tawaran tersebut. Sore itu, mereka pulang bersama. Senja di atas awan seakan ikut tersenyum melihat Dira yang berbunga-bunga hari ini.
Begitupun dengan Rendy yang sepertinya sudah menemukan pelukis favoritnya, yaitu Dira Ayyara Faniza.
Penulis: @dzkby_






