Cerpen – Silakan Pergi by Yolanda Tania

“Justru itu, Tar. Aku nggak mau liat kamu nangis terus. Ayo masuk, selesaikan sekarang,” ujar Resi menenangkan. Tangannya menaut jari jemari Lestari, lalu mengajaknya untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam cafe.

Alunan lagu milik Budi Doremi baru saja usai saat mereka masuk. Seorang lelaki dengan balutan sweeter navy meletakkan gitar sembari membenarkan rambutnya, tidak ada yang berubah darinya. Mulai dari selera berpakaian, hingga gaya rambutnya. Lestari tersenyum getir saat pandangan mereka bertemu. Rasanya sangat berat, jika harus kembali berkomunikasi dengan lelaki itu.

Cerpen – Silakan Pergi by Yolanda Tania

“Hai …” Suara khas lelaki itu menyapanya kembali setelah menghilang dua tahun lamanya.

Dyon, lelaki dengan tinggi 180 cm, berkulit sawo matang, serta mata yang teduh itu mengulum senyum, sembari mengulurkan tangan.

“Hai … Bagaimana kabarmu?” balas Lestari sembari memaksakan senyumannya.

Uluran tangan Dyon diabaikan begitu saja, Lestari lebih memilih mempererat tautan jemarinya dengan Resi. Hatinya sangat sesak dan sakit setiap kali mengingat Dyon, dan sekarang lelaki yang dicarinya  itu menampakkan diri begitu saja, tanpa merasa bersalah.

“Baik, bagaimana denganmu? Kita ngobrol di sana saja.” Dyon mengarah tangannya ke sebuah bangku kosong di sebelah kanan cafe. Lestari dan Resi pun kompak mengikuti arah tunjuk Dyon dan melangkah di belakangnya.

“Mau pesan apa?”

“Tidak usah, aku ke sini hanya sebentar.” Dengan cepat Lestari menolak tawaran Dyon.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn