Cerpen – Seni Mencintai Sampai Mati by Eva Zulfa Fauziah

Seni Mencintai Sampai Mati

Setelah samudra luas dan gunung-gunung tinggi mereka jejaki, akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan kecil. Jumlah penduduknya hanya berkisar 50 orang. Mereka menemukan ketenangan.

Mereka merasakan kemerdekaan, berdiskusi tanpa keraguan, lalu mengkritik dengan lantang. Perkampungan kecil itu, juga menjadi saksi pertumbuhan aku dan Biru. Dari awal lahir, sampai akhirnya kami terusir.
Walau sudah bertahun-tahun, ternyata manusia raksasa itu masih mencari keberadaan ayahku dan ayah Biru. Dan dengan berbagai usaha, akhirnya mereka menemukan tempat pelarian ayah kami.

Cerpen – Seni Mencintai Sampai Mati by Eva Zulfa Fauziah

Sampai sore itu, saat aku sedang membujuk Biru untuk memboncengku. Tiba-tiba seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai nelayan menggaet kami. Sebelum kami diperintah untuk pergi, nelayan itu menjelaskan alasan tentang keharusan kami pergi.

Kami mengerti. Tapi solusi untuk memilih jalan keluar antara aku dan Biru berbeda. Biru memilih ruang bawah tanah untuk menjadi tempat pelariannya. Sedang aku, laut lepas yang kala itu sangat menggoda dengan senja merah keemasannya. Perdebatan kami tidak panjang. Nelayan itu sudah tak tahan membiarkan kami masih berada di bibir pantai. Pada keadaan genting, Biru mengalah. Dan petualangan ke Samudra pun dimulai.
“Neira, kau tidak tidur?” Biru duduk memandangiku.

“Aku ingin menarik kalimatku waktu itu. Aku tidak suka laut, ini sangat menyeramkan, Ru,” ucapku sambil mengamati lautan yang tidak kulihat ujungnya itu.

“Ra, itu konsekuensi. Jika kau menyukai laut, kau juga harus menyukai apa yang menjadi bagiannya. Perasaan yang tulus, tidak akan berganti ketika satu hal yang kau cintai menampilkan sisi buruknya.” Biru menatap lepas lautan.

“Kau tidak menyukai laut, tapi kau juga terikat akan konsekuensi itu,” tuturku dengan nada pelan.

“Laut adalah bagian dari perempuan yang aku cintai. Aku juga harus mencintainya.” Biru tersenyum ke arahku.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn