Cerpen – Misi Babaleno by Purbasari

Alunan bacaan Alquran sudah terdengar dari masjid perumahan tanda sebentar lagi azan Subuh akan berkumandang. Mama Poni berharap anak-anak yang ditinggalkannya masih terlelap di tempat ia tinggalkan tadi.

Setelah berjalan cukup jauh mereka akhirnya tiba di ujung kawasan perumahan di mana rumah Papa Koko berada. Mereka sebenarnya agak ragu masuk ke rumah itu. Hanya saja, sepertinya memang harus. Tidak ada pilihan lain.

Rumah Papa Koko

Rumah Papa Koko sudah lama terbengkalai. Si pemilik rumah sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Sang anak yang menjadi ahli waris satu-satunya sibuk bekerja sebagai TKI di Arab dan hanya terlihat sekali saja di sana saat mengurus pemakaman bapaknya, Papa Koko.

Rumah Papa Koko jadi tak terurus. Tak ayal, mulai dari pintu, kayu, jendela, atap, langit-langitnya sudah tidak kokoh lagi seperti rumah kosong yang angker. Rumah itu bisa saja runtuh suatu hari nanti. Bahkan, ubin di ruang tengah rumah itu juga banyak yang pecah dan bolong.

Nah, lubang paling besar di antaranya itu yang menurut cerita si kucing kembar sangat membahayakan.

“Kalian sudah pernah masuk ke dalam, ya?,” bisik Babaleno kepada si kembar.

Kedua kucing kecil itu mengangguk.

“Pernah dan kami hampir tidak bisa keluar. Di dalam rumah itu, ada lubang agak besar dan dalam. Saat kami  sedang bermain-main di tempat itu kami hampir terperosok. Untung saja selamat. Ih … ngeri sekali,” jelas keduanya bersahutan.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn