
Meskipun sang majikan belum pernah merawat kucing sebelumnya, ia tetap mampu merawat Babaleno dengan sangat telaten. Sang majikanlah yang akhirnya memberi nama Babaleno dan kini menjadi nama kebesaran bagi kucing kampung berbulu lebat itu. Babaleno tentu saja sangat berterimakasih karena derajatnya naik menjadi kucing rumahan, tidak hidup di jalanan lagi.
Sang majikan yang sering disebutnya sebagai Ibu Leno memperlakukannya begitu istimewa. Babaleno diberi kandang yang bagus, bantal yang empuk, bak pasir yang lebar, dan dibebaskan untuk keluar-masuk kandang sesukanya.
Majikan Babaleno juga sengaja tidak mengunci rapat pintu kandang kucing peliharaanya itu. Ia sepertinya sangat percaya dengan Babaleno yang bisa mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Kapan harus masuk kandang untuk tidur dan beristirahat, kapan keluar untuk bermain-main, dan kapan bisa berkeliling menyusuri kamar, dapur, dan taman sang majikan.
Kumpulan Kucing Kampung
Babaleno berjalan cepat. Suara gemerincing lonceng kecil yang melingkar di lehernya terdengar nyaring.
Ting-ting-ting!
Artikel yang sesuai:
Saat melewati pos satpam perumahan, Babaleno mengeong minta izin keluar kepada seorang satpam yang berjaga. Satpam yang sedang rebahan di sofa itu hanya diam mengamati gerak-gerik Babaleno. Keningnya mengerut menatap seekor kucing rumahan yang sudah berkeliaran saat hari belum terang. Bahkan tukang sayur yang biasa berjejer rapi di pinggir jalan depan perumahan pun belum muncul.
Babaleno terus berjalan menuju jembatan merah.
“Teman-teman, ayo bangun! Bangun … Ini penting sekali! Ayo kita berkumpul. Aku di depan tiang listrik,” Babaleno mengeong panjang memanggil teman-temannya.






