Cerpen – Mamak dan Semerbak Aroma Bunga Sedap Malam by Andini

Cerpen - Mamak dan Semerbak Aroma Bunga Sedap Malam by Andini

Syam memasuki pekarangan rumah tepat sebelum azan magrib berkumandang. Untuk beberapa saat, netranya menyapu sekeliling, memperhatikan setiap inchi halaman. Di sudut kanan, terdapat pohon mangga yang cukup rindang. Satu-satunya tanaman di halaman rumah mereka—selain rerumputan dan tanaman liar. Mamak lah yang menanam pohon itu, di hari yang sama saat Syam dilahirkan.

Pada umumnya, wanita akan beristirahat pasca melahirkan. Namun, Mamak berbeda. Rasa cintanya pada Syam dan tetumbuhan melebihi rasa sakit dari luka di perutnya. Hari itu, Mamak menanam biji mangga, sebagai ungkapan syukur atas kelahiran putranya. Hingga kini, pohon mangga yang berdiri kokoh itu menjadi saksi bisu kehidupan Syam dan keluarganya.

Masih segar diingatan Syam, dulu halaman ini ditumbuhi aneka macam tanaman hias dan bunga berwarna-warni. Mamak telaten merawat semua tumbuhan itu. Syam tersenyum saat mengenang masa-masa ketika Mamak antusias memberitahunya tentang jenis-jenis tumbuhan di pekarangan rumah mereka.

“Syam, apa kamu tahu, kenapa ini diberi nama bunga sedap malam?” tanyanya suatu hari sambil menunjuk bunga yang dimaksud.

Syam kecil berpikir keras. Namun, akhirnya ia hanya menggeleng dengan memperlihatkan raut wajahnya yang kebingungan. Mamak tertawa, kemudian menjelaskan, “Itu karena, bunga putih ini akan mengeluarkan harum yang semerbak di malam hari. Bunga ini unik, berbeda dari yang lainnya.” Sebenarnya Syam masih tidak terlalu mengerti, tetapi ia memilih untuk diam dan kembali bermain tanah dengan tangan mungilnya.

Suara derit pintu ia buka mengembalikan kesadarannya ke masa kini. Dengan langkah gontai, pria itu masuk ke dalam rumahnya yang sunyi dan gelap. Setelah lampu dinyalakan, terlihat dua buah sofa usang mengisi ruang tamu di rumah itu. Tidak ada meja dengan vas bunga, karpet, ataupun beraneka macam lukisan yang menghiasi dinding. Dan ya, dinding yang mengelilingi ruangan ini pun sama usangnya dengan kedua sofa itu.

“Mamak, Syam pulang,” teriaknya. Hening. Tidak ada suara yang menyahut. Terdapat kilat kesedihan dimata Syam, tetapi ia tampak tak acuh dan meneruskan langkah menuju dapur. Dengan semangat, Syam membuka tudung saji di meja makan. Disana, terdapat sebakul kecil nasi, sayur bayam dan tempe orek kesukaannya. ‘Masakan Mamak memang selalu enak’, gumam Syam dalam hati sembari menyendokkan sesuap nasi ke mulutnya.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn