Cerpen – Mamak dan Semerbak Aroma Bunga Sedap Malam by Andini

Cerpen - Mamak dan Semerbak Aroma Bunga Sedap Malam by Andini

Syam sedikit meringis saat mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Padahal luka yang sebelumnya juga belum benar-benar kering. Tubuhnya sudah terbiasa menerima luka, tetapi rasanya tetap saja sakit. Bukankah saraf nyeri di tubuhnya seharusnya sudah dapat beradaptasi?

“Harusnya kamu melawan mereka, bukannya diam saja seperti patung!” seru Nay dengan menggebu-gebu.

Cerpen – Mamak dan Semerbak Aroma Bunga Sedap Malam by Andini

Dia sangat kesal pada para pecundang yang mengganggu Syam, tetapi ia lebih kesal lagi melihat sahabatnya itu tidak melakukan perlawanan sama sekali saat anak-anak nakal itu mengganggunya. Kadang Nay bertanya-tanya dalam hati, ‘Jangan-jangan Syam memang senang dipukuli seperti itu?’

“Lelaki itu harus kuat!” gerutu Nay lagi, sambil membuka kotak P3K di sampingnya.

Sedangkan, yang diomeli hanya diam saja. Sekilas bibirnya menyunggingkan senyum kecut. Syam muak mendengar omong kosong itu. Karena hei, jangan salahkan jika ia tumbuh menjadi remaja yang ‘lemah’ seperti ini.

“Aku hanya ingin sedikit merasakan penderitaan mamak,” ujar Syam sendu.

Nay menghela napas berat, kemudian berkata pelan, “Syam … sepertinya kau harus merela—

“Aku harus pulang sekarang. Mamak pasti sudah menungguku,” sergah Syam. Ia tergesa-gesa meraih tas punggung dan memakai sepatu kumalnya. Sepatu yang bahkan tidak dapat melindungi telapak kakinya dari genangan air di jalan.

“Tunggu dulu, lukamu itu harus diobati Syam!” Nay mengacungkan kapas dan obat merah, tetapi yang diteriaki tak mengacuhkannya.

Sekali lagi, Nay menghela napas panjang. Tak dapat dipungkiri, bersahabat dengan Syam memang banyak menguras emosinya.

Tinggalkan Komentar