
Kean yang berada di samping Riska, mencoba menggenggam tangan mungil itu. “Iya jangan takut, kalo boleh tahu kenapa kamu mencatat nama kita dibuku kecil itu.”
“Aku seorang pelupa, bisa lupa dengan orang dan kejadian singkat yang aku alami. Aku begini dari kecil, aku selalu bawa buku ini untuk jaga-jaga dikala lupa dengan apa pun itu. Pasti kalian bertanya-tanya, kenapa aku ikut dance?
karena aku enggak pernah lupa dengan gerakannya gak tahu juga kenapa. Coba kalo nama, kejadian pasti aku tiba-tiba lupa,” ucap Riska seraya menunduk.
Kean cukup kaget mendengar ucapan Riska, pantas saja ia tak ingat kejadian tempo lalu. Ternyata ini kebenarannya, “Riska, kamu enggak boleh sedih, kita di sini akan melindungi kamu. Kita ada untukmu Riska, dan bolehkan aku mencoba mendekatimu. Bukan mendekati sebagai teman tapi lebih.”
Riska kaget sampai tak menyadari tangan Kean merangkul dirinya. “Boleh, tapi aku kan pelupa. Engga pantas sama kamu yang ganteng eh,” Riska membekap mulutnya kenapa ia keceplosan. Tapi Riska akui, Kean ini ganteng. Kean tersenyum senang seraya mengusap lembut rambut halus Riska.
Artikel yang sesuai:
Penulis: Sang Ayu Ketut Anggrawati





