Cerpen – Pesat by Zahra Khairunnisa

Cerpen - Pesat by Zahra Khairunnisa

Cerahnya cuaca pagi ini tak mampu menghangatkan atmosfer di sekitarku. Gemuruh tak kunjung mereda di dadaku sejak tahu bahwa kini aku hanya akan hidup berdua. Ibuku beberapa kali pingsan setibanya di rumah sakit. Oleh karena itu beliau tak kuasa mengantar jenazah hingga ke liang lahat.

Sekali lagi kubaca dengan saksama tiap kalimat yang tertulis pada papan kayu yang berdiri tegak di atas gundukan tanah bertabur bunga, memastikan bahwa bukan nama ayahku yang tertulis di sana. Namun, semuanya percuma, ayahku yang meninggal karena serangan jantung itu tidak akan bangkit kembali.

Bahkan setelah satu per satu kerabat dan orang terdekat yang mengantar Ayah hingga tiba di pembaringan terakhir pergi pun aku masih setia berdiri di sini. Lia mendekat dengan menjinjing keranjang rotan yang tadinya dipenuhi bunga-bunga. Ia baru saja mengunjungi Zeva yang juga dikebumikan di kompleks pemakaman ini. Posisi kami saat ini persis seperti lima tahun lalu.

“Mas Aba, kayaknya kemarin aku masih punya satu permohonan yang belum terkabulkan.” Jiwa dan ragaku lelah, sungguh. Bahkan untuk menanggapi pernyataan Lia barusan pun rasanya lidahku kelu.

“Untuk permintaanku yang ini mudah kok, Mas. Kayak yang ketiga.” Ia perlahan mendekat.

“Temenin makan mie lagi? Kan kemarin udah. Jangan sering-sering!” Lia mengada-ada, orang yang sedang berduka mana sempat memikirkan urusan perut di depan pusara.

“Bukan, nggak tentang makanan kok.”

Lantas apa?

Setelah tepat di sebelahku, Lia sedikit berjinjit. “Tidak perlu sok kuat. Mari menangis bersama seperti lima tahun yang lalu.”

Mendengar bisikan Lia yang bergetar, pertahananku runtuh seketika. Kepediuan yang sejak tadi berusaha kuabaikan justru semakin terasa di saat Lia menepuk punggungku perlahan.

“Udah, lepasin aja semuanya. Besok-besok kalau pengen nangis jangan lupa ajak aku ya, Mas?”

Penulis: Zahra Khairunnisa

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn