Ia adalah tetanggaku yang ingin pindah rumah. Sehingga memberikan beberapa barang-barang yang sudah tak terpakai. “Mbak, ini cermin saya udah gak terpakai, mbak mau gak?” tawarnya sambil mengulurkan sebuah cermin.
“Boleh pak, kebetulan saya lagi butuh cermin. Terima kasih,” jawabku sambil menerima cermin yang diberikan. Segera ku letakkan cermin itu di kamar dan kembali ke ruang tamu untuk berbincang dengan ibu.
Cerpen – Cermin Keberuntungan by Nur Hasanah
Tak terasa matahari mulai terbenam, langit berganti warna. Aku bergegas ke kamar untuk meluruskan badan.
Sebelum ke tempat tidur, aku berdiri di depan cermin. Saat menatap cermin, aku merasa ada yang aneh. Tapi kupikir hanya perasaanku saja.
Tiba-tiba cermin itu mengeluarkan cahaya yang sangat terang, sampai mataku menyipit melihatnya. Aku heran, cahaya apa itu? Cahayanya seakan menyuruhku untuk masuk. Karena penasaran, aku mencoba menyentuhnya dengan ujung telunjuk. Seketika badanku ditarik masuk ke dalam cermin.
Saat membuka mata, aku melihat adik ada di depanku. Rasanya seperti mimpi, aku coba mendekat dan menyentuhnya. Ternyata memang dia nyata, aku juga mendengar suaranya dengan jelas. Air mataku jatuh seketika.
Artikel yang sesuai:
Selama ini aku merindukannya dan sekarang bisa menggapainya. Tapi, saat aku ingin memeluk, ada sesuatu yang menarikku. Aku membuka mata, dan ternyata sedang berada di atas kasur. Sungguh aneh, aku kembali merasa bahwa tadi hanya mimpi semata.
Keesokan harinya, aku menceritakan kejadian semalam kepada ibu. Akan tetapi, ibu tidak percaya ceritaku sedikitpun. “Kamu terlalu rindu dengan adik,” ucap ibu sambil mengusap pundakku.
Karena ucapan ibu, aku tidak terlalu memikirkan nyata atau tidaknya. Lalu kembali ke kamar dan menatap cermin. Lagi-lagi benda itu mengeluarkan cahaya seperti kemarin. Aku menyentuhnya dan untuk kedua kalinya masuk ke dalam cermin.