Cerpen – Anorexia by Annisa Syakirah

Cerpen - Anorexia by Annisa Syakirah

Pelajaran sekolah berjalan seperti biasanya. Saat ini seluruh siswa sedang belajar Biologi. Mereka diminta untuk membuat kelompok belajar yang beranggotakan empat orang. Penentuan anggota kelompoknya berdasarkan tempat duduk depan belakang. Kebetulan Cantika dan Ifa sedang duduk di depan Sesil yang notabennya adalah orang yang selalu mengejeknya di kelas.

Cerpen – Anorexia by Annisa Syakirah

“Hai Sesil. Kita sekelompok dong?” sapa Cantika. Sesil yang duduk di belakangnya membuang muka.

“Tapi gua udah sama mereka nih.” Sesil menunjuk dua orang yang ada di belakangnya.

“Bukannya seharusnya lo sama Gue, ya? kan kita depan belakangan?”

“Gue juga depan belakang kok sama mereka. Ga usah sok deh lo.” sarkas Sesil kepada Cantika

“Oh oke deh.”

“Kenapa lo begitu, Sil? dia kan udah berubah sekarang.” ujar teman sebangku Sesil saat Cantika sudah membalikan badan.

“Bodo amat. Udah berubah atau belum tetep aja Gue terlanjur ga suka sama dia.”

Ternyata memang tidak semudah itu merubah pemikiran seseorang. Sekuat apapun mencoba, mereka tetap tidak akan mengakui keberadaanmu. Bagi mereka mengakui kehebatan orang lain adalah menjatuhkan diri sendiri. Dengan bodohnya, tetap saja melukai diri sendiri hanya demi sebuah pengakuan yang terkadang tak pantas untuk diperjuangkan.

Lagi dan lagi Cantika menguras habis psikis dan fisiknya untuk kembali mengejar kesempurnaan itu. Angan tersebut telah membutakan matanya bahwa ada sesuatu yang lebih berharga dari itu. Ia lupa bahwa tubuhnya perlu diutamakan atas egonya.

Beberapa hari terakhir Cantika merasakan hal ganjal dalam tubuhnya. Ia selalu merasa letih dan tidak bersemangat. Badannya juga berubah menjadi kurus seakan ada sesuatu yang menggerogoti di dalam sana. Akhirnya Cantika memutuskan untuk konsultasi ke dokter bersama ibunya.

“Anak saya kenapa, Dok?” tanya ibunya Cantika cemas.

“Apa tempo hari anak Ibu tidak nafsu makan? apa dia berolahraga terlalu keras dan terobsesi menurunkan berat badan?” raut wajah dokter berubah serius.

“Iya betul, Dok. Anak saya memang sedang menjalani diet.”

“Anak ibu mengalami gejala anorexia. Penyakit yang mengganggu psikis seseorang karena terobsesi untuk merubah penampilan secara instan. Gangguan psikis ini membuat dorongan sendiri dalam tubuh orang itu sehingga melakukan hal-hal di luar batas wajar meskipun tubuhnya tidak sanggup.”

“Apakah kondisi anak saya bisa pulih?”

“Dia harus menjalani terapi seminggu sekali untuk mengembalikan kondisi psikis dan fisiknya.”

Terkadang apa yang amat kita inginkan bukanlah hal yang tepat. Kita terlalu sibuk mengejar tanpa melihat betapa berharganya yang kita miliki. Hidup ini sarat akan makna, betapa sempitnya pemikiran manusia dikala mereka berpikir bahwa cantik adalah sempurna. Bahkan kerap mereka menghina ciptaan-Nya tanpa berpikir ulang. Jelek tidak selalu buruk dan cantik tidak selalu sempurna.

Semua orang berhak hidup bahagia. Sebagaimana orang lain berhak untuk menghina. Semua tindakan kita tergantung apa keinginan kita bukan tentang orang lain atau refleksi diri.  Cintailah dirimu sendiri.  Jadilah versi terbaik dirimu sendiri tanpa mengikuti jalan orang lain.

Penulis: Annisa Syakirah

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn