Pada umumnya cermin adalah benda pujaan seluruh kaum perempuan. Benda pipih mengkilat yang konon dapat merefleksikan sisi sempurna setiap insan. Namun, nyatanya ia adalah penyihir tidak kasat mata yang membawa jiwa manusia dalam keindahan imaji yang terkadang semu. Menampakan pantulan sisi yang sungkan untuk terjamah. Membuat mulut sebagian insan mengeluh tatkala semuanya tidak selaras dengan ekspektasi.
Cerpen – Anorexia by Annisa Syakirah
Begitu sulit rasanya mencapai standar kecantikan. Seakan hidup diatur oleh sesuatu tidak tertulis, tapi nyata dan membekas. Segala bentuk, warna, dan rupa tubuhmu dinilai oleh orang lain yang bahkan tidak mengenal siapa dirimu. Menilai sebuah buku hanya dari bagian sampul tanpa mengetahui betapa menawan isinya.
Mari, Aku perkenalkan kalian dengan seorang gadis remaja bernama Cantika Putri. Biasa dipanggil Cantika. Umurnya baru menginjak 16 tahun, tetapi begitu banyak hal yang mengusik pikirannya. Mulai dari permasalahan belajar, pergaulan, hubungan percintaan, bahkan penampilan. Usia peralihan antara remaja menuju dewasa memang sering membuat hati kelabu.
Cantika tumbuh seperti remaja pada umumnya. Ia menimba ilmu di sekolah ternama di kotanya. Memiliki teman bergaul, menikmati masa sekolah, giat belajar, dan mengikuti komunitas tentu dilakukan. Namun, semenjak beredar perspektif orang tentang kesempurnaan fisik membuat semua kebahagiaannya hancur dalam sekejap. Kehidupan sekolah yang awalnya manis berubah menjadi pahit.
Banyak remaja berperilaku seperti boneka yang dikendalikan demi kepentingan pihak tertentu. Otak mereka tercuci untuk mengejar sebuah kesempurnaan hingga melupakan moralitas dan toleransi. Mereka tidak segan untuk mencela saat melihat penampilan orang lain yang tidak sesuai dengan standar.
Artikel yang sesuai:
Memiliki badan pendek, kulit sawo matang, dan muka biasa membuat Cantika dianggap “berbeda” oleh temannya. Mereka menjauh dan mulai mencemoohnya karena dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ada. Semua cacian mereka tidak Cantika hiraukan. Namun, seiring berjalannya waktu perlakuan mereka telah melewati batas wajar.
Puncak kemarahan Cantika terjadi saat ia dipermalukan di depan banyak orang. Kala itu sekolah sedang mengadakan acara perpisahan untuk melepas angkatan yang sudah menyelesaikan masa sekolahnya. Pada bagian penutupan acara tersebut akan ada pentas. Cantika yang notabennya adalah anggota modern dance diberikan kesempatan untuk menari di lapangan bersama temannya. Ia menggerakan seluruh tubuhnya secara aktif mengikuti dentuman lagu beraliran hip hop.