Puisi – Bahwa Rindu Tidak Selalu Ditakdirkan Berpulang pada Tuannya by Siti Khotimatun Hasanah

Puisi - Bahwa Rindu Tidak Selalu Ditakdirkan Berpulang pada Tuannya by Siti Khotimatun Hasanah

 

Minggu, 31 Oktober 2021

11.10 PM

Di ujung Oktober, aku tiba-tiba kembali ingin menjengukmu.

Kali ini murni atas keinginanku sendiri.

Air mataku meleleh, menyadari kau masih di sana.

Bertahta dalam hatiku,

Selalu.

Apa kabar?

Malam ini rindu teramat menyesakkan, lebih dari biasanya.

Aku bersedih, karena wajahmu tak jua berhasil kubentuk.

Ketakutan mulai merambah dadaku.

Takut akan waktu yang terus berjalan, yang dengan amat tega memudarkan sisa-sisa bayanganmu.

Satu hal yang membuat hatiku begitu kuat: kenangan malam itu.

Kenangan itu pula yang telah mengguncang dadaku.

Setelah segala yang palsu berguguran, dadaku begitu tenang.

Dan hanya kau satu-satunya penghuni nun di kedalaman sana.

Telah kau saksikan, betapa sering aku mencoba berpaling.

Tapi cengkeramanmu begitu hebat, sehingga aku melepaskan mereka dan kembali ke pelukan bayanganmu.

Aku mendesah, memanggil nama Tuhan tanpa berani berkata apa-apa tentangmu.

Sementara dalam hati, aku ingin menyampaikan pada Tuhan, bahwa.

aku amat merindukanmu,

Teramat ingin melihatmu lagi.

Tetapi aku hilang kata untuk mengutarakannya.

Adakah rindu yang sepengecut ini?

Ia meronta-ronta dalam dada, tetapi ia tak berdaya dan seketika terdiam di hadapan Tuhan.

Hanya melalui susunan aksara ini, hatiku berani menuangkan kejujurannya.

Dengan cara seperti ini.

Aku berusaha melukis wajahmu, membayangkan kau membaca seluruh kisah pedih ini.

Kepedihan akan kerinduan padamu yang kutanggung sendiri.

Jika suatu hari nanti kau membacanya, aku berpikir: apakah saat itu rindu yang kupunya untukmu masih sama?

Aku sungguh takut membayangkannya, takut jika ternyata sudah tak lagi sama.

Betapa memilukan rindu yang menyesakkan ini harus berhadapan dengan kenyataan, bahwa ia ditakdirkan tak punya kesempatan untuk berpulang.

Ia mungkin mati tergerus waktu, karena aku tak kunjung berhasil mengukir wajahmu.

Tiba-tiba aku ingin tahu, bila anak-anak rinduku akhirnya berakhir mati.

di mana kiranya rindu itu dimakamkan?

Akankah diziarahi ibu yang sekian lama mengasuhnya juga bukan merupakan bagian dari takdirnya?

Aku mungkin akan benar-benar bertanya pada Tuhan, “Apakah tidak semua anak-anak rindu yang lahir Kau takdirkan berpulang kepada Tuannya? Jika iya, tolong beri aku pemahaman mengapa demikian.”

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn