Penulisan Kata Berimbuhan yang Sesuai PUEBI

Penulisan Kata Berimbuhan yang Sesuai Kaidah, Ini Dia Caranya!

Dalam dunia kepenulisan baik formal maupun nonformal, penting bagimu untuk menciptakan tulisan yang tidak sekadar menarik, tetapi juga perlu menyesuaikan dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang berlaku. Salah satu kaidah yang perlu kamu perhatikan dalam menulis adalah tentang penulisan kata berimbuhan.

Sebab, selain menunjukkan citra seorang penulis, menerapkan kaidah kebahasaan dalam karya tulis juga berpengaruh terhadap kredibilitas tulisan. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk memperhatikan setiap detail penulisan pada karya tulis yang kita buat.

Penulisan Kata Berimbuhan yang Sesuai PUEBI

Nah, pada artikel kali ini kamu akan mengetahui cara penulisan kata berimbuhan yang tepat sehingga kamu bisa menciptakan karya tulis yang sesuai kaidah bahasa (PUEBI). Namun sebelum itu, mari kita ketahui terlebih dahulu apa itu kata imbuhan.

Pengertian Kata Imbuhan

Kata imbuhan adalah kata yang ditambahkan pada bagian awal, tengah, akhir, maupun awal dan akhir dari kata dasar yang bertujuan untuk mengubah kelas serta makna kata tersebut.

Dengan demikian, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah mengalami perubahan bentuk, kelas dan makna kata akibat mendapatkan imbuhan.

Cara Penulisan Kata Berimbuhan yang Sesuai PUEBI

Dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, penggunaan kata dasar dan berimbuhan adalah hal yang lumrah. Namun, tak jarang masih terdapat kesalahan dalam pengucapan maupun penulisannya sehingga menjadi tidak baku atau tidak sesuai KBBI.

Jika kamu ingin membuat karya tulis ilmiah, surat maupun pesan yang ditujukan kepada organisasi atau lembaga tertentu, maka menulis dengan kata yang baku adalah sebuah keharusan.  Hal ini sebagai bentuk penyesuaian dengan konteks tulisan dan agar pembaca lebih mudah dalam memahami tulisanmu.

Nah, berikut ini kaidah penulisan kata berimbuhan sesuai dengan buku PUEBI terbitan Palito Media yang disalin dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia:

1. Penulisan imbuhan pada kata dasar

Untuk penulisan imbuhan yang terletak di awalan, sisipan, akhiran serta gabungan awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata dasarnya atau tanpa spasi. Contohnya sebagai berikut:

  • Kata dasar “jalan” mendapatkan imbuhan awalan ber- menjadi “berjalan”
  • Kata dasar “getar” mendapatkan imbuhan sisipan -em menjadi “gemetar”
  • Kata dasar “gerak” mendapatkan imbuhan akhiran -an menjadi “gerakan”
  • Kata dasar “baik” mendapatkan imbuhan awalan per dan akhiran -an menjadi “perbaikan”

2. Penulisan kata imbuhan yang diserap dari unsur asing

Untuk penulisan kata berimbuhan yang imbuhannya diserap dari unsur asing seperti -isme, -man, -wan, atau -wi ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Contohnya sebagai berikut:

  • Kata dasar “suku” mendapatkan imbuhan –isme menjadi “sukuisme”
  • Kata dasar “seni” mendapatkan imbuhan –man menjadi “seniman”
  • Kata dasar “santri” mendapatkan imbuhan –wan menjadi “santriwan”
  • Kata dasar “surga” mendapatkan imbuhan -wi menjadi “surgawi”

3. Penulisan kata imbuhan bentuk terikat

Menurut KBBI, kata bentuk terikat adalah bentuk bahasa yang harus digabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dan memiliki makna yang jelas. Contoh kata bentuk terikat yaitu adi, aero, infra, in, pro, purna, antar, anti, kontra, bi, bio, deka, de, dwi, eka, ekstra, manca, multi, dan lain sebagainya. Berikut contoh penulisan imbuhan bentuk terikat:

  • Kata dasar “busana” mendapatkan imbuhan adi menjadi “adibusana”
  • Kata dasar “dinamika” mendapatkan imbuhan aero menjadi “aerodinamika”
  • Kata dasar “merah” mendapatkan imbuhan infra menjadi “inframerah”
  • Kata dasar “biotik” mendapatkan imbuhan anti menjadi “antibiotik”

4. Penulisan kata imbuhan bentuk terikat yang diikuti kata berawalan huruf kapital

Berikutnya, penulisan kata berimbuhan bentuk terikat yang diikuti oleh kata berawalan huruf kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital ditulis dengan cara disambung dengan tanda hubung (-). Contohnya: pro-Barat, non-ASEAN, anti-PKI, pan-Afrikanisme, dan non-Indonesia.

5. Penulisan kata imbuhan bentuk terikat maha

Berikut ini penulisan kata imbuhan maha yang sesuai kaidah PUEBI:

  • Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang merujuk pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan menggunakan awalan huruf kapital. Contohnya: Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Pemurah merupakan kata turunan dari “murah”).
  • Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang merujuk pada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Contohnya: Tuhan Yang Mahakuasa memiliki rencana yang terbaik untuk kita. (“kuasa” merupakan bentuk kata dasar sehingga penulisan kata imbuhannya tanpa spasi).

Demikianlah beberapa kaidah penulisan kata berimbuhan yang perlu kamu ketahui dan pahami. Dengan mengaplikasikannya, kamu tidak hanya bisa menyajikan karya tulis yang menarik, tetapi juga sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Semoga bermanfaat!

Tinggalkan Komentar