Cerpen – Tersesat pada Perjalanan Sendiri by Eva Zulfa Fauziah

Cerpen Tersesat pada Perjalanan Sendiri

Aku yang mempercayai sugesti itu, memutuskan untuk segera pergi meninggalkan Bali. Aku tak mengerti tentang makna dari mimpi tersebut. Namun, sepertinya berhubungan dengan lautan.

Pagi harinya, aku bergegas mengemas barang dan pergi ke bandara untuk menghindari kejadian tak mengenakkan. Aku juga mengambil transportasi udara. Konon, kata dosenku saat mata kuliah sejarah indonesia masa kolonial, jika mengambil transportasi laut itu terlalu bahaya.

Cerpen – Tersesat pada Perjalanan Sendiri by Eva Zulfa Fauziah

Karena di jalur laut ada tempat di mana sebuah air memutar, lalu akan menyedot kapal-kapal yang melintas di sekitarnya. Cukup mengerikan, apalagi jika sudah memasuki perjalanan malam.

Aku sampai ke Bandung sore hari. Dua hari yang cukup untuk membuatku tak ingin lagi mengunjungi Bali. Apalagi setelah mendengar kabar, jika daerah yang menjadi tempat penginapanku kemarin terhantam tsunami.

Tidak besar, namun mampu memporak porandakan daerah wilayah pesisir. Tiga puluh orang tewas dalam kejadian naas tersebut. Mendengar hal itu, aku begitu bersyukur karena masih diberi keselamatan. Meskipun aku mempercayai isyarat dari mimpi itu, tetapi tetaplah kepada Tuhan aku ucapkan rasa syukur.

Ketika sampai di rumah, aku menceritakan semuanya kepada keluarga dan teman-teman. Mereka berkata, “Sebagaimana mestinya, alam semesta ini luas. Bukan hanya manusia yang mendiami muka bumi ini.”
“Seharusnya kepercayaan tentang hal itu kamu tanamkan. Kepercayaan tidak selalu harus penuh, sekadar cukup untuk mengimbangi dan melengkapi keimanan kita saja.”

Masa lalu yang buruk akan menjadi sebuah manfaat ketika kita mengolahnya menjadi sebuah bentuk kebaikan. Dan aku akan melakukan itu. Belajar dari keburukan untuk kebaikan masa depan.

Aku menutup buku harian. Halaman terakhir memang bukan tentang kisah asmara yang membuat pembaca cemburu. Namun, cerita terakhir mengajarkanku tentang saling menghargai, menumbuhkan kepercayaan, dan belajar banyak tentang syukur.

Penulis: @ulffauz

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn