
Dia tertawa terpingkal, menyulutku untuk ikut tertawa juga dan berakhir kami tertawa bersama tanpa mengerti bagian mana yang benar-benar lucu.
Hujan mulai reda mengiringi tawa kami yang ikut mereda. “Capek ah, lama-lama ngomong sama kamu.”
Narka berlari kecil meninggalkanku setelah celetukanya itu. Tak ingin seperti orang yang disalahkan, aku ikut berlari kecil menyusulnya ke parkiran.
“Dih, enak aja!”
Tebakanku benar, Narka lolos SNMPTN. Aku ikut bahagia dengan kabar itu, dan ujian praktik serta UAS kami juga telah selesai. Ketua kelas mengabarkan pengembalian buku paket di grub kelas malam ini, membuatku mau tak mau memilah tumpukan buku di atas meja belajar.
Artikel yang sesuai:
I Like You
Sebenarnya, penggunaan buku paket jarang dilakukan di kelas. Namun, terkadang aku suka menyelipkan kertas ulangan di sana. Aku tidak mau adik kelas menemukan kertas ulanganku yang bernilai tidak lebih dari enam puluh itu. Sehingga kini aku harus membuka setiap lembarnya dengan teliti.
Alisku mengernyit, merasa tak pernah menyelipkan lipatan kertas binder di buku paket Matematika. Begitu aku membukanya, alisku makin mengernyit. Ketikan rapi dengan font Times New Roman—sepertinya ukuran 12—sebanyak 2 paragraf berbaris rapi di dalamnya
“Akhirnya kamu buka buku MTK juga ya, Nya, suatu peningkatan. Keren! Iya ini aku Narka, jujur-jujuran aja deh. Setelah baca surat ini, please, jangan ngetawain!
Aku ingat kamu pernah bilang mau nerusin kuliah di Surabaya kan, Nya? Good luck ya, aku yakin Manya si penggemar lagu The Liong Sleeps Tonight bakal lolos UTBK. Nah, kamu juga pasti udah tau aku lolos SNMPTN. Aku belum ngasih tau anak-anak kelas sih diterima di mana, dan kamu bakal jadi orang pertama yang tau. Seneng ‘kan?! Senenglah pasti.
Jadi, aku bakal lanjutin di Makassar, Nya. Berhubung aku bakal ninggalin Madiun sampai waktu yang belum ditentukan, aku mau ngasih tau ini.






