Cerpen- See You When Our Path Cross Again by Tiana Rayunda

Hujan turun dengan deras tepat ketika bel berbunyi pada pukul tiga lebih lima belas menit. Udara sesaat berubah menjadi dingin sampai-sampai bajuku terasa tipis. Hujan lagi-lagi menahanku seperti dua hari belakangan ini. Gumpalan awan hitam di langit sana tak kunjung berubah cerah, seakan mengikuti moodku yang akhir-akhir ini agak semrawut.

UAS, ujian praktik, dan UTBK seakan memeras kewarasanku hingga tak tersisa. Bahkan, tugas-tugas sekolah di penghujung kelas dua belas ini bukannya menyurut, malah ikut datang berbarengan seperti koloni semut menemukan gula dalam wadah terbuka.

Cerpen- See You When Our Path Cross Again by Tiana Rayunda

Hal-hal itu bahkan memengaruhi berat tasku. Entah berapa buku lagi yang harus kubawa. Sampai-sampai, saat Narka—cowok jangkung teman sebangkuku dua minggu ini—memberikan buku dengan tulisan ‘Manya, XII IPS 2’ di sampul buku paket matematika, aku dan otak lelahku baru menyadari buku paket Matematikaku hampir saja tertinggal.

“Makasih banget ya, Ka!” Aku menerima uluran buku itu, berucap terima kasih dengan tulus padanya.

Santuy, kayak sama siapa aja.” Narka tersenyum cerah, memperlihatkan gigi gingsulnya.

“Nggak bawa jas hujan lagi?” Cowok itu bertanya, mengingat ceritaku padanya soal terjebak di sekolah kemarin sore. “Ya gitu deh, lupa lagi, maklum lagi stres.” Aku nyengir, lantas berjalan bersisian bersama cowok setinggi 178 cm itu.

“Sama dong. Sama-sama lagi stresnya, terus nggak bawa jas hujan juga.” Narka kembali menunjukkan gigi gingsulnya di antara kekehannya.

“Ngikut-ngikut aja!” Aku hanya bisa menyikut lengannya dengan tawa kami yang menguar.

Langkah kami tertahan di ujung koridor kelas dua belas bersama anak-anak lain. Saling melipat tangan di depan dada sebab hujan bertambah deras dan sedikit berangin. Aku melirik Narka yang tiba-tiba bersin beberapa kali.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *