Cerpen – Jaga Diri, Jaga Ucapan by Siti Khotimatun Hasanah

Cerpen - Jaga Diri, Jaga Ucapan by Siti Khotimatun Hasanah

Yasmin bukannya tidak sedih ketika fitnah keji menimpa dirinya. Saat itu dia bahkan malu sampai tidak mau keluar rumah, namun Bu Sal dan Kyai Mahmud selalu bilang, ‘Sing legowo, Nduk. Gusti mboten sare. Kebenaran pasti terungkap’.

Setelah beberapa bulan situasi berangsur membaik, pelan-pelan Yasmin sudah mau keluar rumah.

Suatu hari ketika orang-orang mulai lupa dengan berita miring tentang Yasmin, terdengarlah selentingan kabar ada seseorang yang mengaku sebagai saksi mata atas peristiwa di bawah pohon pada saat malam takbiran. Saksi mata membeberkan siapa pelaku yang sebenarnya. Lantas disusul saksi-saksi mata lainnya yang selama ini hanya bungkam. Ditambah fakta perut pelaku perempuan yang kini sudah membuncit, lalu melaksanakan akad nikah secara tiba-tiba, membuat selentingan kabar itu tidak bisa dibantah.

Orang-orang mulai ramai membicarakan. Selama dua pekan terakhir nama Wati menjadi buah bibir. Para orang tua melarang anak-anaknya bergaul dengan Wati, mereka melemparkan pandangan hina kepada semua yang masih punya hubungan kerabat dengan gadis itu.

Sore ini hal yang mengejutkan terjadi. Setelah gosip terus menerus digoreng, secara tak terduga Wati menampakkan diri, mengekor ibunya berjualan gorengan keliling dari rumah ke rumah.

Bu Sal meminta mereka singgah, ia hendak membeli gorengannya. Saat itulah Yasmin bertemu Wati. Gadis malang itu berubah menjadi pendiam sekali, dia lebih sering menunduk, dan hanya melakukan apa yang diperintahkan ibunya: menyiapkan kantong plastik dan uang kembalian. Dia memakai daster gombrong dan dilapisi jaket. Sesekali jaketnya dirapat-rapatkan, seperti berusaha menutupi perutnya yang buncit.

Hati Yasmin tersentuh, dengan ramah dia menyapa. Wati merespons dengan baik, membuat Yasmin menjadi aktif bertanya.

Ramah tamah mereka berdua memang berlangsung singkat, namun cukup membangkitkan energi positif dalam diri Wati. Yasmin berhasil membuatnya merasa tidak sendiri.

Alangkah kuat hati Wati memilih keluar rumah dan ikut ibunya dagang mengelilingi kampung. Tak bisa dibayangkan sudah berapa banyak ia menerima pandangan hina dan bisik-bisik menyakitkan. Itulah yang mendorong Yasmin melakukan ramah tamah tadi—yang tanpa disadari terpantau oleh Ayu dari balik dinding rumah.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn