“Gara-gara dia kamu kena fitnah. Sekarang malah kamu berusaha mendekati dia di saat semua orang tidak ada lagi yang mau berteman dengannya. Kamu ini bodoh apa gimana?!” Ayu berkata sewot.
“Tapi, Yu—”
Belum selesai Yasmin bicara, Ayu sudah memotong. “Kamu lupa ketika semua orang menggunjingmu? Memandang hina dan menjauhimu? Nama bapakmu bahkan ikut tercemar. Apa kata orang-orang? ‘Hah, anak kyai gelap-gelapan di malam takbiran bersama laki-laki? Jebul Kyai Mahmud jarkoni (ngajar ora ngelakoni). Sibuk ngajar anak orang, eh, anak sendiri ora diopeni.” Ayu berapi-api menirukan nada bicara tetangga yang dulu pernah nyinyirin teman karibnya.
“Keburukan ndak harus dibalas keburukan juga, Yu.” Ibu Sal—ibunya Yasmin menyahut dari dalam, ia berjalan keluar sembari membawa sepiring gorengan.
Cerpen – Jaga Diri, Jaga Ucapan by Siti Khotimatun Hasanah
Ayu melengos. Ibu dan anak sama saja, sama-sama lugu! Demikian batinnya.
“Duduklah. Ayo, dimakan. Mumpung masih hangat.”
Yasmin segera mencomot pisang goreng, mengabaikan wajah merengut Ayu.
“Itu beli dari ibunya Wati ya? Hih, ndak sudi aku!”
“Istighfar, Yu.” Bu Sal menegur, ia menatap Ayu dengan nanar. “Jaga ucapanmu! Apa kamu juga lupa apa yang diucapkan ibunya Wati ketika mendengar kabar anak sepupunya hamil di luar nikah? Dia bilang ndak sudi kalau sampai anaknya hamil duluan, tapi sekarang apa yang terjadi? Gusti mboten sare, segala sesuatunya pasti ada timbal baliknya.” Bu Sal berkata tegas, membuat Ayu bungkam seketika.
“Ma-maaf, Bi.” Ayu berkata lirih.
Bu Sal menghela napas dalam. “Kita hidup di zaman edan. Jaga diri tidaklah cukup, kita juga harus jaga ucapan. Ndak papa kita difitnah, yang penting bukan kita yang memfitnah. Biarkan orang-orang menjauhi Wati karena suatu kekhilafan anak remaja, tapi pastikan kita ndak ikut-ikutan menjauhinya.”
“Tapi, Bi, gara-gara Wati, Yasmin sempat dijadikan buah bibir atas sesuatu yang tidak diperbuat. Aku hanya—”
“Kamu tidak mendengar omongan Bibi?” Bu Sal segera menyergah.
“Si-siap, Bi.” Ayu menunduk, ia melirik Yasmin. Yang dilirik santai sekali mengunyah pisang goreng.