
Akhirnya selesai juga latihannya, aku duduk mengikuti genk cinta. Aku memandang genk cinta, lebih tepatnya ke Cinta. Cinta itu nama gadis berambut sebahu. Ia ketua dari genk itu, Cinta sangat cantik apa lagi saat meminum airnya.
Lihat saja banyak pemuda melihat ke arah sini. Mungkin mereka terpesona, aku minum air tadi biasa-biasa saja. Aku melihatnya seraya mengikat rambut ku tinggi-tinggi. Biasa setelah latihan panas.
“Sial, dia ga tahu aja banyak yang lihat dia penuh minat,” guman Kean terdengar di telinga ketiga temannya.
“Iya gue akui daya tariknya kuat. Entah kenapa kayak enggak bosan lihat muka imutnya itu,” ucap Gema.
“Lo jangan nikung!”
Artikel yang sesuai:
“Engga bro, santai dong!”
“Tapi, bukan dari kita-kita yang nikung. Lo enggak lihat banyak cowok lain terang-terangan memandang dia. Tuh, si Agam, Riski, heum Pasha juga. Gue sih cuma mau bilang lo harus gerak cepat,” ucap Abi seraya melihat sekitar mereka.
“Pasti!” tegas Kean.
Entah aku yang merasa atau geng cinta juga merasa. Aku merasa banyak pasang mata melihat kesini terang-terangan. Mungkin, mereka menyukai Cinta. Tapi, yang jadi masalah sekarang. Cinta ijin pergi ke toilet, lalu sekarang yang dipandang siapa?
Aku melihat ke sekumpulan pemuda di sana. Bahkan ada satu pemuda yang menatapku. Aku bingung, secara berganti aku melihat ke arah tiga teman ku. Iya, mereka juga cantik pantas saja masih dilihat sama sekumpulan pemuda di sana. Di sana pemuda yang sempat kontak mata denganku tertawa lantang diikuti teman-temannya. Apa aku yang ditertawakan?
Aku rasa iya, aku enggak cantik mungkin mereka mengejekku kenapa bisa gabung ke geng ini. Atau mungkin mereka tertawa karena aku seperti cctv. Melihat sana sini lalu melihat ke arah geng cinta. Entah lah, aku pusing memikirkannya. Aku memijat kecil dahiku, ini menyebalkan. Terlalu banyak berpikir membuatku pusing.






