
Tuan …
Ternyata aku gagal tanpa berair mata.
Persis pada baris ini air mataku tumpah, padahal baru beberapa detik lalu aku bangga mengingatmu tanpa air mata.
Aku prihatin menatap hatiku yang begitu setia padamu.
Ia tak punya cendera mata apa pun untuk mempertahankan raut wajahmu di ingatanku.
Artikel yang sesuai:
Aku hanya mengandalkan perasaan yang kupunya.
Melalui aksara-aksara, aku berusaha mengukir wajahmu.
Agar tidak benar-benar musnah dari kepalaku.
Namun, aksara yang kususun ini gagal membentuk wajahmu. Selalu.
Yang ada semakin membentuk perasaan ini.
Kemudian aku membayangkan,
Jika di suatu waktu kita berada di tempat yang sama,
Dan aku tidak menyadari keberadaanmu begitu dekat.
Malaikat mungkin memekik sedih.
Mengetahui ada hati yang teramat ingin bertemu tuannya.
Tetapi ia sudah tidak mengenali tuannya lagi.
Bagaimana aku akan memulangkan rindu yang ada di buaian.
Jika ingatan tentang raut tuannya telah lama memudar?
Mungkinkah rindu ini telah ditakdirkan melajang?
Sepanjang hidupnya hanya dirawat oleh air mata dan sesak di dada?
Tak mengapa, Tuan.
Perasaan ini akan selalu kurawat dengan ikhlas.
Sejauh Tuhan mengizinkannya.
Selamat hari Senin.
Hujan sudah reda sedari tadi.
Menyisakan langit mendung di kota kita.






