Cerpen – Sebuah Kebahagiaan by Eka Nur Anifah

Gadis malang itu benar-benar meninggalkan ruang sidang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada kedua orang tuanya. Dera cukup sadar diri untuk tidak menghancurkan kebahagiaan kedua orang tuanya. Meskipun, kebahagiaan dia justru kini terampas.

Dera adalah anak yang kurang kasih sayang. Kedua orang tuanya selalu sibuk pada pekerjaan mereka. Tidak ada waktu untuk Dera, jikapun ada hanya sekali dalam seminggu.

Cerpen – Sebuah Kebahagiaan by Eka Nur Anifah

Kebersamaan yang mulai jarang itu pulalah yang membuat keduanya nekat untuk mencari orang baru sebagai pelengkap hidup. Mereka sama sekali tidak memikirkan perasaan Dera. Yang mereka pikirkan, hanya perasaan dan kebahagiaan mereka sendiri. Mereka seolah lupa pada anak yang selama ini menginginkan kasih sayang dan kebahagiaan bersama keluarganya.

Kini keputusan mereka untuk bercerai, berhasil menghancurkan hati Dera berkeping-keping. Menghilangkan sosok ceria yang selama ini ada pada Dera. Belum lagi berita pernikahan ibunya yang akan diselenggarakan beberapa bulan lagi. Membuat Dera seolah tidak diizinkan untuk merasakan kebahagiaan bersama dengan kedua orang tuanya, bersama dengan keluarga yang utuh.

“Apa keberadaanku benar-benar tidak penting?”

Netranya menatap sungai yang mengalir di bawahnya. Dengan kedua kaki yang berpijak di atas jembatan, Dera terus memandang sungai yang mengalir deras itu. Seolah sungai itu adalah manusia yang sedang mendengarkan segala keluh kesahnya.

“Apa aku tidak ditakdirkan untuk bahagia bersama keluargaku yang utuh?”

Entah apa yang merasuki Dera, dan entah angin apa yang membisiki Dera, hingga sebelah kakinya sudah berpijak pada pinggiran jembatan. Dan kemudian dengan perlahan, kakinya yang satu ikut menyusul. Berdiri tegap di pinggiran jembatan. Dera memandang sungai itu dengan sendu. Air matanya sudah berdesakan untuk keluar satu per satu.

“Aku lelah, aku hanya ingin kasih sayang mereka. Apa itu begitu sulit?” Dera bertanya lirih.

“Kenapa orang lain bisa bahagia, sedangkan aku tidak?”

Dera diam. Dia tidak melanjutkan kembali ucapannya. Mendadak suaranya seperti tercekat di tenggorokan, dan susah untuk dikeluarkan walau hanya satu kata saja. Tinggal satu langkah lagi dan begitu Dera loncat, tubuhnya akan langsung terbawa arus yang sangat deras itu.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn