Cerpen – Pesat by Zahra Khairunnisa

Cerpen - Pesat by Zahra Khairunnisa

“Jangan liatin Mas kayak gitu, Lia!” Lia tertawa renyah beberapa saat seolah lupa dengan keterpurukannya.

“Lagian Mas Aba lucu, aku tadi pengen jenguk teman Mas juga, tapi Mas malah bilang gini, ‘nggak usah, Lia, teman Mas laki-laki semua.’ lah terus masalahnya di mana? Aku bisa kok beradaptasi,” cicitnya mempermasalahkan perkataanku tadi.

Begitu pesat waktu berlalu, tetapi gadis ini tak kunjung merasa. Apakah harus tersurat agar ia sadar?

“Kamu pesan apa aja sih? Kok sampai sekarang belum datang makanannya?”

Gadis di seberangku memicingkan mata, tersenyum licik. Menakutkan. “Tenang aja, Mas, permohonan pertamaku nggak bakal bikin miskin. Lagian nggak ada steak dijual di sini.”

“Tapi nggak tau ya permohonanku yang ketiga dan keempat nanti apa, belum kepikiran. Yang penting sekarang rasa laparku hilang.” Ia menertawakanku yang mengerucutkan bibir.

Tidak seperti lorong menuju ruang jenazah, kantin cenderung ramai dipadati perawat, pengunjung, ataupun keluarga pasien.

Tak lama berselang, pesanan Lia diantarkan oleh seorang wanita yang mungkin akan menyentuh usia paruh baya. Senyuman ramah yang ia lontarkan memunculkan garis-garis halus di wajahnya yang mengingatkanku pada kedua orang tuaku yang sedang bekerja.

“Nggak kebanyakan kamu pesannya? Yakin bakal habis?” Aku hapal betul bagaimana kecintaan Lia terhadap hal-hal berbau kuliner, tetapi yang kali ini benar-benar membuatku terkejut. Di tengah meja tersaji dua mangkuk mie instan kuah serta dua gelas teh —satu hangat dan satu dingin— yang membuatku terkejut. Mampukah Lia menyantap semuanya?

“Nggak kebanyakan kok, aku yakin bakal habis.” Aku menggeleng tak percaya. Tak kusangka pertumbuhan gadis ini berpengaruh besar terhadap nafsu makannya.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn