Cerpen – Kutukan Rumah Ketiga Belas by Latatu Nandemar

Kutukan Rumah Ketiga Belas

“Itu hanya mitos, Mak. Hanya cerita yang tak bisa dipastikan kebenarannya.” Sobar menjawab dengan bekal doktrin logika yang dia dapat selama perantauannya.

“Tak ada seorang pun saksi hidup yang menyebutkan kebenaran kutukan itu,” Sekali lagi Sobar coba melanjutkan penjelasan yang sama sekali tak digubris oleh sang ibu.

Cerpen – Kutukan Rumah Ketiga Belas by Latatu Nandemar

“Tinggallah di rumah ini saja bersama Mak, Nak.” Mak Yam meminta dengan suara yang mulai merendah namun tidak menghilangkan ketegasan rasa keberatannya. “Jika kau merasa rumah ini terlalu sempit, tambah saja ruangnya, tapi jangan membuat rumah baru.”

“Mira tak akan mau, Mak.”

Mendengar Sobar menyebutkan nama istrinya itu, Mak Yam secara refleks melirik ke pintu kamar di mana Mira lebih banyak menghabiskan waktu dua hari belakangan ini.

Sejak kedatangan Sobar, istri dan juga satu anaknya, Mak Yam selalu berusaha untuk tidak mengeluarkan komentar mengenai kebiasaan menantunya itu yang hanya mengurung diri dalam bilik kamar dan selalu mengeluhkan tentang ketiadaan sinyal internet di tempat itu.

Dia sama sekali tidak pernah berinisiatif untuk membantu melakukan pekerjaan rumah. Bahkan beramah tamah dengan mertuanya pun, hanya seperlunya saja.

“Lagipula, mertua perempuan tak akan pernah bisa akur dengan menantu perempuan, itu yang selalu orang-orang katakan di kota sana, Mak.”

“Kau percaya dengan perkataan orang di kota, tapi kau mentahkan perintah leluhurmu yang sudah turun temurun kita jaga dan jalani!”

Selepas mengatakan itu, Mak Yam meninggalkan anaknya ke luar pintu rumah untuk memadamkan api yang sedari tadi menyala-nyala mencoba membakar jantungnya. Tetapi mereka berdua, antara anak dan ibu, tetap pada pendirian masing-masing.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn