Saat rumah ke tiga belas telah rampung, salah satu rumah yang ada di sana musnah. Setiap kali mereka perbaiki, selalu disusul oleh hancurnya kembali rumah yang lain. Sejak saat itu, bangunan di sana tidak pernah bisa mencapai jumlah tiga belas.
Semua itu dipercaya karena pelanggaran tersebut. Sejak saat itu pula, para leluhur penduduk kampung Pasir Angin tidak membuat rumah lagi di sana dan menitipkan pesan kepada anak cucu mereka tentang dosa warisan ini.
Cerpen – Kutukan Rumah Ketiga Belas by Latatu Nandemar
Siapa saja boleh datang dan pergi. Namun, tak ada yang boleh membuat rumah sehingga mengganjilkan jumlah rumah yang ada di kampung tersebut menjadi berjumlah tiga belas.
Karena seluruh penghuni percaya, jika ada bangunan ketiga belas, maka kutukan akibat pelanggaran yang pernah para leluhur lakukan akan turun. Lalu menghancurkan rumah mana saja secara acak. Hingga rumah yang ada di sana tetap akan berjumlah dua belas.
Kehancuran rumah yang terpilih bisa dengan cara apa saja; terbakar, runtuh tanpa sebab, digulung beliung dan lain sebagainya.
Artikel yang sesuai:
Itulah sebabnya jika penduduk di sana beranak pinak dan anggota keluarga mereka sudah ada yang dewasa, maka akan diminta untuk tetap tinggal dengan orang tua mereka. Ataupun pergi dari kampung tersebut, yang dengan senang hati pasti akan memilih pergi karena sudah sangat bosan hidup dalam
lingkungan yang dikurung oleh kesunyian.
Konon begitulah ceritanya. Hingga akhirnya Sobar, anak bungsu dari janda beranjak tiga, Maryam, yang biasa akrab dipanggil Mak Yam datang. Kembali ke tanah kelahirannya mencoba mematahkan pantangan turun temurun itu karena telah kalah mengadu nasib di kota.