
Papa adalah seorang kepala tim agen asuransi di salah satu perusahaan asuransi ternama. Beberapa tahun ke belakang, papa menuai kesuksesan yang gemilang karena performance pekerjaan yang memuaskan. Namun di akhir tahun 2009 ternyata papa mengalami penipuan saham dari rekan kerjanya sehingga timbul hutang yang cukup besar kepada kantor.
Rekan kerja papa kabur dan semua orang yang tertipu kehilangan jejaknya yang tersisa hanya hutang yang harus ditutup. Papa sudah memikirkan berbagai cara untuk menyelesaikan hutang namun ternyata tidak cukup sehingga keputusan sulit yang harus dilakukan adalah menjual rumah untuk menutup hutang.
Mama merangkul kepala Keiko lalu berkata pelan “Kalau dipakai untuk biaya kuliahmu nanti adikmu enggak bisa lanjut sekolah dan kita enggak ada pegangan uang sampai papa dapat kerjaan lagi.”
Keiko ingin sekli berteriak kencang saat itu namun dia sanggup menahan dengan menutup mata dan kembali ke kamar. Percakapan tersebut adalah percakapan terakhir mengenai kuliah Keiko yang membuat dia sadar kalau cita – citanya sudah kandas. Sebuah pisau bernama kecewa mencabik – cabik hidup Keiko dengan jahat.
Setelah tidak ada kegiatan di sekolah, Keiko mengurung diri di kamar seharian dan hanya keluar untuk makan dan mandi. Dia memutuskan untuk diam dan membuka mulut ketika diajak bicara oleh keluarganya. Kekecewaan yang dialami Keiko membuat dirinya sulit tidur tiap malam. Dia menghabiskan malam dengan menangis, memukul – mukul diri sendiri dan marah sampai melempar barang – barang di kamar.
Artikel yang sesuai:
Dia tidak ingin bertemu dengan teman – temannya kecuali Kenta sebelum dia berangkat ke Bnadung untuk kuliah. Orangtua Keiko tidak bisa melakukan apapun untuk menghibur anaknya yang sudah terlanjur kecewa. Bagi Keiko, masa depannya sudah hilang.
Bulan Mei tahun 2016, di sabtu malam yang cerah karena sedang musim kemarau, Keiko dan Kenta duduk berhadapan di sebuah café yang ada di pusat kota Jakarta.
“Enak juga kopinya.” ucap Kenta setelah menyesap kopi lalu menatap Keiko.
Keiko mengangguk sambil meminum kopinya. Namun Kenta malah tertawa sambil menghapus krim yang menempel di pipi Keiko dengan tissue “Duh masih saja seperti jaman sekolah. Berantakan.” Keiko terkejut dan malu.
Persahabatan mereka terus berjalan walaupun sempat terpisah kota karena Kenta kuliah di Bandung. Setahun lalu, Kenta sudah menyelesaikan kuliah dan kembali ke Jakarta. Keiko bekerja di salah satu bank swasta sedangkan Kenta bekerja di pemerintahan. Ketika keduanya kembali dipertemukan, mereka lebih sering lagi bertemu baik di hari kerja saat pulang kantor atau saat akhir pekan.
Menonton film, makan fast food atau minum kopi dan bersepeda di taman kota adalah kegiatan yang sering mereka lakukan.
Namun ada hal berbeda yang dirasakan Keiko terhadap Kenta. Perasaan jatuh cinta pada sosok yang sudah menemaninya hampir tujuh tahun ini. Awalnya Keiko berpikir kalau dia hanya merasa nyaman pada Kenta namun lama kelamaan dia sadar itu bukan hanya nyaman. Keiko merasa hadirnya Kenta dalam hidup adalah suatu kepingan yang menyenangkan karena laki – laki itu selalu ada dalam setiap bagian kejadian hidup Keiko.
Kedua tangan Keiko bersilang di depan dada untuk merapatkan tubuh yang kedinginan. Kenta tersenyum lalu melepaskan jaket yang dipakainya untuk membalut tubuh Keiko “Dingin kan? Sudah kubilang untuk memakai baju lengan panjang.” protes Kenta melihat Keiko memakai baju lengan pendek ketika mereka berada di taman kota untuk menonton konser indie di malam hari yang dingin.
“Aku lupa.” Keiko tersenyum malu lalu merapatkan jaket Kenta di tubuhnya. Keiko menikmati hubungannya dengan Kenta saat ini tanpa perlu menyatakan perasaan yang sebenarnya. Dia hanya berharap dalam hati kalau Kenta merasakan hal yang sama.
Bulan Juli tahun 2018 jam 5 sore, Keiko berada di ruang meeting setelah menyelesaikan meeting dengan tim. Dia duduk sendirian di ruang meeting dengan tangan bergetar ketika melihat foto Kenta bersama dengan seseorang perempuan di Instagram. Perempuan itu adalah pacar Kenta karena dia menulis “dengan pacarku sambil menikmati matahari sore di Yogyakarta”
Keiko menyingkirkan handphone ke sudut lain dari meja, lalu menutup wajah dengan kedua tangan. Dia berusaha setegar mungkin untuk tidak menangis namun perasaan sakit menyeruak dalam hati dan pikirannya. Ingatan Keiko kembali pada beberapa bulan ini dimana Kenta tidak berada di Jakarta karena sedang bertugas di luar kota. Komunikasi dengan Kenta menjadi lebih sulit karena pria itu mulai jarang membalas chat atau menelepon Keiko.
Perempuan tu tersadar kalau Kenta sudah mempunyai orang lain bahkan orang yang lebih spesial dari sosok Keiko dalam hidup Kenta. Setelah hari panjang yang melelahkan, sesampainya di rumah, Keiko mengurung diri kembali di kamar dan langsung meluapkan tangis yang sempat tertahan di kantor. Dia kembali merasakan kekecewaan setelah mendapati dirinya mengalami cinta bertepuk sebelah tangan dengan sahabatnya sendiri.
Keiko mendapati dirinya begitu bodoh berharap Kenta juga merasakan hal yang sama dengan dirinya. Keiko merasakan sesak dan sakit hati yang belum pernah dirasakan selama hidupnya. Pisau bernama kecewa kembali mencabik – cabik hidup Keiko kali ini hati dan perasaannya yang diserang.
Tengah bulan November tahun 2019, Bu Priska, atasan Keiko, kepala departemen operasional, berkata pada Keiko bahwa dia direkomendasikan untuk bisa menjadi kepala unit di departemen mereka.






